USULAN PENELITIAN
PENGARUH LATIHAN RENTANG
GERAK PASIF TERHADAP
LINGKUP GERAK SENDI PADA
PASIEN FRAKTUR
FEMUR DI RUANG RAWAT INAP RS
ROBERT
WOLTER MONGISIDI MANADO
OLEH :
SANJAY SYAWIE
NIRM 1101124
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN MUHAMMADIYAH MANADO
PROGRAM STUDI ILMU
KEPERAWATAN
PERIODE 2013-2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Fraktur femur
adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang paha yang ditandai adanya
deformitas yang jelas yaitu pemendekan tungkai yang mengalami fraktur dan
hambatan mobilitas fisik yang nyata.Fraktur femur biasanya disebabkan
oleh olahraga atau trauma,fraktur yang paling
sering terjadi disebab oleh karena kecelakaan.Kecelakaan dapat menimbulkan cidera,baik
cidera ringan maupun cidera berat dan dapat juga menimbulkan kecacatan
bahkan kematian salah satunya yaitu fraktur.(Muttaqin, 2008).
Latihan rentang gerak adalah
latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat
kesempurnaan,kemampuaan menggerakan sendi secara normal untuk meningkatkan
massa otot dan tonus otot dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan
atau pun menyatakan batas gerakan yang abnormal.
Latihan rentang gerak aktif adalah (klien menggerakan semua sendinya dengan rentang gerak
tanpa bantuan),sedang pasif adalah(klien tidak dapat menggerakan setiap sendi dengan
rentang gerak),atau berada di antaranya. Rencana keperawatan harus meliputi
menggerakan ekstremitas klien dengan rentang gerak penuh.Latihan rentang gerak
pasif adalah harus dimulai segera pada kemampuan klien menggerakan ekstremitas
atau sendi menghilang.Pergerakan dilakukan dengan perlahan dan lembut dan
tidak menyebabkan nyeri.Perawat jangan memaksakan sendi melebihi kemampuannya,Setiap gerakan
harus diulang 4 kali setiap bagian.(Perry & Potter, 2005)
Lingkup gerak
sendi adalah
Batasan gerak sendi yang dilakukan untuk mengetahui
luas/jarak yang bisa dicapai oleh suatu persendian saat sendi tersebut
bergerak,baik secara aktif maupun secara pasif.Perubahan yang terjadi pada sistem muskuloskeletal
bisa menyebabkan penurunan gerak sendi.penurunan gerak sendi yang terbesar
terjadi pada cervical dan trunk, khususnya pada gerakan ekstensi, lateral fleksi
dan.
Pasien yang telah dilakukan operasi sering kali dapat menimbulkan
permasalahan yaitu adanya luka operasi pada jaringan lunak dapat menyebabkan
proses radang akut dan adanya oedema dan fibrosis pada otot sekitar sendi yang
mengakibatkan keterbatasan gerak sendi,fraktur menyebabkan timbulnya rasa
nyeri,oedema pada daerah tungkai bawah serta penurunan fungsi otot hamstring dan otot quadriceps yang menyebabkan adanya keterbatasan gerak
daerah sendi lutut. (Wulan Brury, 2005).
Berdasarkan Depkes RI 2007 badan kesehatan dunia (WHO) mencatat
tahun 2005 terdapat lebih dari 7 juta orang yang meninggal di karen akan
insiden kecelakaan dan sekitar 2 juta orang mengalami kecatatan fisik.Salah
satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi yakni insiden
fraktur femur sekitar 46,2% dari insiden kecelakaan yang terjadi.Penyebab yang
berbeda dari hasil survey tim Depkes RI di dapatkan 25% penderita fraktur yang
mengalami kematian 45% mengalami cacat fisik ,15% mengalami stress psikologis
karna cemas dan bahkan depresi dan 10% mengalami kesembuhan dengan baik.
Berdasarkan penelitian terkait Uliya,
Soempeno,dan Kushartanti menyatakan bahwa pada lansia nilai maksimal Rom fleksi
sendi lutut pada lansia sebesar 115˚ yang berarti terjadi penurunan ROM fleksi
sendi lutut sebesar 20% nilai normalnya 135˚(Uliya,Soempeno,dan Kushartanti,
2007).
Di RSUP Dr.Mohammad
Hoesin Palembang,fraktur femur merupakan kelompok tiga besar
dalam kunjungan pasien dengan fraktur setiap bulan.Dari data Rekam Medis RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang diperoleh jumlah pasien
fraktur femur pada tahun 2009 sebanyak 553 pasien.
Berdasarkan
data awal yang didapatkan di ruang rawat inap RS.Robert Wolter Mongisidi Manado,total
pasien fraktur femur pada bulan november sampai dengan januari 2015 sebanyak 30
pasien.
Apakah ada pengaruh latihan rentang gerak terhadap lingkup gerak sendi pasien pada pasien fraktur femur di ruang Rawat Inap RS.Robert
Wolter Mongisidi ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh latihan
rentang gerak terhadap lingkup gerak sendi pada pasien fraktur femur di Ruang Rawat Inap RS.Robert Wolter Mongisidi.
2.
Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi lingkup gerak sendi pada pasien
fraktur femur sebelum dilakukan latihan rentang gerak di Ruang Rawat Inap RS.Robert Wolter Mongisidi.
b. Untuk mengidentifikasi lingkup gerak sendi pada
pasien fraktur femur sesudah dilakukan latihan rentang gerak di Ruang Rawat Inap RS.Robert Wolter Mongisidi
c. Untuk mengidentifikasi pengaruh latihan
rentang gerak terhadap lingkup gerak sendi pada pasien fraktur femur postdi Ruang Rawat Inap RS.Robert Wolter Mongisidi.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini
untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat terutama tentang keperawatan
medical bedah guna menambah ilmu pengetahuan agar wawasan bertambah di masa mendatang.
2. Bagi Pihak RS.Robert Wolter Mongisidi
Dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan bagi pihak rumah sakit meningkatkan pelayanan rumah sakit terutama
sebagai bahan informasi bagi perawat agar dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
pada pasien fraktur femur.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini di
harapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya
yang berhubungan dengan fraktur femur.
4. Bagi institusi
pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai sumber pengetahuan dan acuan belajar mengajar bagi mahasiswa
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Fraktur
1. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang,Fraktur biasa
terjadi karena trauma langsung eksternal,tetapi dapat juga terjadi karena
deformitas tulang misalnya fraktur patologis karena osteoporosis,penyakit paget
dan osteogenesis imperfekta.(Perry & Potter, 2005)
Fraktur adalah
setiap retak atau patah pada tulang yang utuh,meskipun tulang dapat patah secara spontan seperti
dalam osteomalacia dan osteomyelitis,tetapi kebanyakan fraktur diebabkan oleh
trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang.(Reeves,
2001)
Fraktur adalah
hilangnya kontinuitas tulang,tulang rawan,baik yang bersifat total maupun sebagian.Fraktur
dikenal dengn istilah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik.Kekuatan,sudut,tenaga, keadaan tulang,dan jaringan lunak di sekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi tersebut lengkap atau tidak lengkap.Fraktur
lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah,sedangkan fraktur tidak lengkap
tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang (Muttaqin, 2008).
2. Etiologi
Menurut Brunner and Suddart, 2002 fraktur dapat
disebabkan oleh:
a. Pukulan langsung
b. Gaya meremuk
c. Gerakan puntir mendada
d. Kontraksi otot ekster
e. Dislokai sendi
f. Kerusakan saraf.
3. Patofisiologi
Fraktur tertutup
adalah fraktur dimana kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang sehingga fraktur
tidak tercemar oleh lingkungan. Fraktur terbuka dimana kulit dari ekstermitas
yang terlibat telah di tembus konsep kompeting yang harus diperlukan adalah apakah
terjadi kontaminasi oleh lingkungan pada tempat terjadinya fraktur .
Fraktur disebabkan
kecelakaan dari kendaraan,jatuh,olahraga jika salah satu sudah patah,maka
jaringan lunak disekitarnya juga rusak.Periosteun terpisah dari kerusakan
ujung–ujung tulang dan jaringan lemak otot perdarahan yang terus menerus mengakibatkan syok.Pergeseran
fragmen pada fragmen pada fraktur lengan/tungkai menyebabkan deformitas
ekstremitas yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal.Cidera
dari kecelakaaan pada suatu bagian sistem muskuluskeletal biasanya menyebabkan
cidera/disfungsi struktur disekitarnya dan sturktur yang dilindungi/disangganya
baik tulang patah,otot tidak bisa berfungsi.
Bila syaraf tidak
dapat menghantarkan impuls ke otak,seperti terjadi paralisi,sehingga tidak
dapat bergerak,bila permukaan sendi tidak dapat bergerak/ beraktikulasi dengan
normal,baik tulang maupun otot tidak dapat berfungsi dengan baik,karena fungsi
normal otot bergantrung pada ekstremitas tulang tampak lengketnya otot.
Kemudian pada fraktur panjang,terjadi pendekatan
tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah
tempat fraktur.Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain.Saat terjadi
fraktur,labula lemak dapat masuk ke dalam darah karena tekanan sumsum tulang
lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena kelainan yang dilepaskan oleh
reaksi stress.(Brunner & Suddarth, 2002).
4. Manifestasi Klinis
Berdasarkan Brunner and Suddart, 2002 manifestasi klinis dari fraktur yaitu sebagai berikut:
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai
fragmen tulang dimobilisasi spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk
tidak alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen.
b. Hilangnya fungsi
c. Deformitas (pergerakan fragmen pada fraktur)
d. Pemendekan ekstermitas
e. Krepitus (terapa tangan adalah derik tulang)
f. Pembengkakan lokal
g. Perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat dan perdarahan yang mengikuti fraktur.
5. Klasifikasi Fraktur
Klasifikasi fraktur menurut Muttaqin (2008)
adalah sebagai berikut :
a. Fraktur traumatik
Terjadi karena trauma yang tiba-tiba mengenai tulang
dengan kekuatan yang besar dan tulang tidak mampu menahan trauma tersebut
sehingga terjadi patah.
b. Fraktur patologis.
Terjadi karena
kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis di dalam tulang.Fraktur
patologis terjadi pada daerah tulang yang telah menjadi lemah karena tumor atau
proses patologis lainnya.Tulang sering kali menunjukan penurunan densitas.Penyebab
yang paling sering dari fraktur-fraktur semcam ini adalah tumor,baik tumor primer maupun tumor metastesis.
c. Fraktur stress
Terjadi karena adanya trauma yang terus-menerus pada
suatu tempat tertentu.
6. Gejala
Fraktur
Gejala fraktur yang paling umum adalah rasa sakit,pembengkakan,dan kelainan
bentuk.Rasa sakit akan bertambah berat
dengan gerakan dan penekanan di atas fraktur dan mungkin terkait juga dengan
hilang fungsinya. Pembengkakan fraktur mungkin merupakan tanda awal dari kasus
ini,saat pembekakan meningkat rasa sakit akan meningkat pula.
Tanda spesifik
yang paling banyak pada kasus fraktur adalah terjadinya kelainan bentuk (depormitas),sebagai
gejala-gejala lain yang mungkin muncul dengan sprain atau strain.Gejala lain
yang mungkin muncul adalah perubahan warna dan krepitasi.Tentu saja jika terdapat
luka terbuka, maka terdapat pula pendarahan dan hemorhage. (Reeves,2001)
7. Penyebab
Trauma musculoskeletal dapat disebabkan oleh
(Mustaqqin,2008) :
a. Trauma langsung.
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada
tulang hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya fraktur pada
daerah tekanan. Fraktur yang terjadi bisanya bersifat kominutif dan jaringan
lunak ikut mengikuti kerusakan.
b. Trauma tidak langsung.
Apabila trauma
dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, trauma tersebut
disebut dengan trauma tidak langsung misalnya, jatuh dengan tangan ekstensi
dapat menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini biasanya jaringan
lunak tetap utuh.
8. Faktor Penyembuhan Fraktur
Faktor-faktor yang menentukan lama penyembuhan fraktur
adalah sebagai berikut (Muttaqin, 2008) :
a. Usia penderita
Waktu penyembuhan tulang anak-anak jauh lebih cepat dari pada orang dewasa.Hal
ini terutama disebabkan aktifitas proses osteogenesis pada periosteum dan
endosteum serta proses pembentukan tulang pada bayi sangat aktif.Apabila usia
bertambah proses terebut semakin berkurang
b. Lokalisasi dan Konfigurasi fraktur
Lokalisasi fraktur
memegang peranan penting.Penyembuhan fraktur metafisis lebih cepat dari fraktur
diafisis.Disamping itu,konfigurasi fraktur seperti fraktur tranversal lebih
lambat penyembuhannya dibandingkan dengan fraktur obliq karena kontak yang
lebih banyak.
c. Pergeseran awal fraktur
Pada fraktur yang periosteumnya tidak bergeser, penyembuhannya dua kali
lebih cepat dibandingkan dengan fraktur yang bergeser.
d. Vakularisasi pada kedua fragmen.
Apabila kedua fragmen mempunyai vaskularisasi yang
baik, penyembuhan tanpa komplikasi bila salah satu sisi fraktur memiliki
vakularisasi yang jelek sehingga mengalami kematian pembentukan union akan
terhamat atau mungkin terjadi non union.
e. Reduksi serta immobilisasi
Reposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk
vaskularisasi yang lebih baik dalam bentuk asalnya.Immobilisasi yang sempurna
akan mencegah pergerakan dan kerusakan pembuluh darah yang menganggu
penyembuhan fraktur.
f. Fraktur immobilisasi
Bila
immobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan sebelum terjadi union,kemungkinan
terjadinya non-union sangat besar.
g. Ruangan diantara kedua fragmen serta interposisi
jaringan lunak
Adanya interposisi jaringan,baik berupa periosteum maupun otot jaringan
fibrosa lainnya akan menghambat vaskularisasi kedua ujung fraktur.
h. Fraktur adanya infeksi dan keganasan lokal
i. Cairan sinovial.
Cairan sinovial yang terdapat pada persendian merupakan hambatan dalam
penyembuhan fraktur.
j. Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak.
Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak
akan meningkatkan vaskularisasi daerah fraktur,akan tetapi,gerakan yang
dilakukan pada daerah fraktur tanpa immobilisasi yang baik juga akan mengganggu
vaskularisasi.
9. Penatalaksanaan
Manajemen terapeutik dari fraktur diarahkan pada pelurusan
kembali fragmen tulang,immobilisasi untuk mempertahankan pelurusan kembali
dengan benar dan perbaikan fungsi.(Reeves,2001)
a. Pembidaian
Bagian yang sakit harus di immobilissi
dengan menggunakan bidai pada tempat yang luka sebelum memindahkan pasien.Pembidaian
mencegah luka dan nyeri yang lebih jauh dan mengurangi kemungkinan adanya
komplikasi seperti sindrom emboli lemak.
b. Gips
Pemberian gips merupakan perawatan utama setelah
reduksi tertutup dalam perbaikan fraktur dan dapat dilakukan bersamaan dengan
perawatan lainnya.Tujuannya mencegah bergeraknya tulang dan jaringan sampai
bagian ini sembuh.Gips pada kaki atau tungkai,jari kaki biasanya dibiarkan
terbuka untuk mencegah pembengkakan (edema).(Ester, 2005)
c. Traksi
Traksi adalah upaya mengunakan kekuatan tarikan untuk
meluruskan dan immobilisasi fragmen tulang mengendorkan spasmus otot dan
memperbaiki kontraktur fleksi,kelainan bentuk dan dislokasi.Traksi akan efektif
jika menggunakan beban,katrol dan perimbangan untuk memproleh kekuatan yang
cukup dalam menghalangi pakaian kerja tertarik dari otot pasien.
10. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan ronsen: menentukan lokasi atau luasnya fraktur atau trauma
b. Scan tulang,tomogram,scan CT/MRI memperlihatkan fraktur:juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan
lunak.
c. Arteriogram dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
d. Hitung darah lengkap:Ht mungkin atau organ jenuh pada trauma
multipel peningkatan jumlah SDP adalah respon stress normal
setelah trauma
e. Kelainan: trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens ginjal.
f. Profil koagulasi:perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,transfusi
multipel atau cidera hati.
Test laboratorium
- Radiograma:perlu dibuat bila ada kecurigaan fraktur,karena
kebanyakan fraktur dispastikan dengan cara ini.Setidaknya dibutuhkan dua foto dalam
pandangan berbeda 90o karena fraktur yang berdislokasi mungkin tidak
terlihat hanya pada satu pandangan saja.
- Sidik tulang diindikasikan bila radiogram tidak dapat
menentukan diagnosa (misalnya pada kasus-kasus fraktur pergelangan tangan) atau
negatif dalam bukti klinis fraktur.
B. Konsep Dasar
Fraktur Femur
1. Defenisi
Fraktur femur
adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang paha yang ditandai adanya
deformitas yang jelas yaitu pemendekan tungkai yang mengalami fraktur dan hambatan
mobilitas fisik yang nyata.(Muttaqin, 2008)
2. Etiologi
Fraktur femur biasanya disebabkan
oleh olahraga atau trauma fraktur yang paling
sering terjadi disebab oleh karena kecelakaan.
3.
Patofisiologi
Fraktur terjadi bila interupsi dari
kontinuitas tulang,biasanya fraktur disertai cidera jaringan disekitar
ligament,otot tendon,pembuluh darah dan persyarafan.Tulang yang rusak
mengakibatkan periosteum pembuluh darah pada korteks dan sumsum tulang serta
jaringan lemak sekitarnya rusak. Keadaan tersebut menimbulkan perdarahan dan
terbentuknya hematom dan jaringan nekrotik,terjadinya jaringan nekrotik pada
jaringan sekitar fraktur tulang merangsang respon inflamasi berupa
vasodilatasi,eksudasi plasma dan leukosit.Ketika terjadi kerusakan tulang,
tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera.Tahap ini
merupakan tahap awal pembentukan tulang.Berbeda dengan jaringan lain,tulang
dapat mengalami regenerasi tanpa menimbulkan bekas luka.
4. Manifestasi Klinis
1.
Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan
fragmen tulang berpindah dari tempatnya
perubahan keseimbangan dan kontur terjadi seperti :
a.
Rotasi pemendekan tulang
b. Penekanan
tulang
2.
Bengkak
Edema muncul secara cepat dari lokasi
dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur
a. Ekimosis
dari perdarahan subculaneous
b. Spasme
otot,spasme involunters dekat fraktur
c. Tenderness
d. Nyeri
mungkin disebabkan oleh spame otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang
berdekatan.
f. Kehilangan
sensani(mati rasa,mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan).
g. Pergerakan
abnormal
h. Shock
hipovolemik hasil dari hilangnya darah
5. Penatalaksanaan
Tindakan operasi
pemasangan plate and screw pada tulang paha dilakukan pada bagian lateral
tungkai atas,akibat terpotongnya pembuluh darah maka cairan dalam sel akan
keluar ke jaringan dan menyebabkan pembengkakan.Dengan adanya ini akan
menekan ujung syaraf sensoris yang akan menyebabkan nyeri,akibatnya
gerakan pada area tersebut akan terbatas oleh karena nyeri itu sendiri.Pada
kasus fraktur untuk mengembalikan secara cepat maka perlu tindakan operasi
dengan immobilisasi.Immobilisasi yang sering digunakan yaitu plate and screw.
Untuk memasang plate and screw tersebut perlu dilakukan operasi sehingga
dilakukan incisi yang menyebabkan kerusakan jaringan lunak di bawah kulit
maupun pembuluh darah yang akan diikuti dengan keluarnya cairan dari pembuluh
darah dan terjadi proses radang sehingga menimbulkan oedema.Proses radang
ditandai dengan adanya leukosit yang
meningkat dan saat keluarnya cairan dari pembuluh darah ditandai dengan
adanya hemoglobin yang
menurun sehingga mempengaruhi kondisi umum pasien.
Adanya oedema akan dapat menekan nociceptor sehingga merangsang
timbulnya nyeri.Nyeri juga timbul karena adanya luka sayatan pada saat operasi
yang dapat menyebabkan ujung-ujung saraf sensoris teriritasi sehingga penderita
tidak mau untuk menggerakkan daerah yang sakit.
Keadaan ini apabila dibiarkan terus menerus akan menimbulkan spasme otot
dan terjadi penurunan lingkup gerak sendi yang lama kelamaan akan mengakibatkan
terjadinya penurunan kekuatan otot diikuti dengan penurunan aktivitas
fungsional.
Pada kondisi fraktur fisiologis akan
diikuti proses penyambungan. Proses penyambungan tulang dibagi dalam 5
fase, yaitu:
a. Fase haematoma
Pada fase haematoma
terjadi selama 1-3 hari.Pembuluh darah robek dan terbentuk haematoma di
sekitar dan di dalam fraktur.Tulang pada permukaan fraktur,yang tidak
mendapat persediaan darah akan mati sepanjang satu atau dua milimeter.
b. Fase proliferasi
Pada fase proliferasi terjadi
selama 3 hari sampai 2 minggu.Dalam 8 jam setelah fraktur terdapat reaksi
radang akut disertai proliferasi di
bawah periosteum dan di dalam saluran medula yang tertembus ujung fragmen
dikelilingi jaringan sel yang menghubungkan tempat fraktur.
Haematoma yang membeku perlahan-lahan di absorbsi dan kapiler baru yang halus
berkembang ke dalam daerah fraktur.
c. Fase pembentukan kalus
Pada fase pembentukan
kalus terjadi selama 2-6 minggu.Pada sel yangberkembang-biak memiliki potensi
untuk menjadi kondrogenik dan osteogenik,jika diberikan tindakan yang tepat sel
itu akan membentuk tulang, cartilago danosteoklas.Masa tulang akan menjadi
lebih tebal dengan adanya tulang dan cartilago juga osteoklas yang disebut dengan kalus.
Kalus terletak pada permukaan periosteal dan endosteal.Terjadi selama 4
minggu,tulang mati akan dibersihkan.
d. Fase konsolidasi
Pada fase konsolidasi
terjadi 3 minggu hingga 6 bulan.Tulang fibrosa atau tulang menjadi padat jika aktivitas osteoklas
dan osteoklastik masih berlanjut maka anyaman tulang berubah menjadi tulang
lamelar.
Pada saat iniosteoklas tidak
memungkinkan osteoklas untuk menerobos melalui
reruntuhan garis fraktur karena sistem ini cukup kaku.Celah-celah di
antara fragmen dengan tulang baru akan diisi oleh osteoblast.Perlu beberapa bulan
sebelum tulang cukup untuk menumpu berat badan normal.
e. Fase remodeling
Pada fase remodeling
terjadi selama 6 minggu hingga 1 tahun. Fraktur telah dihubungkan oleh
tulang yang padat,tulang yang padat tersebut akan diresorbsi dan
pembetukan tulang yang terus menerus lamelar akan menjadi
lebih tebal,dinding-dinding yang tidak dikehendaki dibuang,dibentuk rongga
sumsum dan akhirnya akan memperoleh bentuk tulang seperti normalnya.Terjadi
dalam beberapa bulan bahkan sampai beberapa tahun.
6. Komplikasi umum post operasi
a. Infeksi
Infeksi dapat terjadi
karena penolakan tubuh terhadap implant berupa internal fiksasi yang
dipasang pada tubuh pasien.Infeksi juga dapat terjadi karena luka yang
tidak steril.
b. Delayed union
Delayed union adalah suatu kondisi dimana terjadi penyambungan tulang tetapi
terhambat yang disebabkan oleh adanya infeksi dan tidak
tercukupinya peredaran darah ke fragmen.
c. Non union
Non union merupakan kegagalan suatu fraktur untuk
menyatu setelah 5 bulan mungkin disebabkan oleh faktor seperti usia,kesehatan
umum dan pergerakan pada tempat fraktur.
d. Avaskuler nekrosis
Avaskuler nekrosis adalah kerusakan tulang yang diakibatkan adanya defisiensi suplay
darah.
e. Mal union
Terjadi penyambungan tulang tetapi
menyambung dengan tidak benar seperti adanya angulas,pemendekan,deformitas
atau kecacatan
Komplikasi yang berhubungan dengan
tindakan operasi yaitu kerusakan jaringan dan pembuluh darah pada daerah
yang dioperasi karena incisi.Pada
luka operasi yang tidak steril akan terjadi infeksi yang dapat menyebabkan
proses penyambungan tulang dan penyembuhan tulang terlambat.
C. Konsep Dasar Latihan Rentang Gerak
1. Definisi
Latihan Rentang gerak
adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat
kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk
meningkatkan massa otot dan tonus otot dan sebagai dasar untuk menetapkan
adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan yang abnormal.Latihan rentang gerak aktif adalah (klien
menggerakan semua sendinya dengan rentang gerak tanpa bantuan),pasif (klien tidak dapat
menggerakan setiap sendi dengan rentang gerak),atau berada di antaranya.
Rencana keperawatan harus meliputi menggerakan
ekstremitas klien dengan rentang gerak penuh. Latihan rentang gerak pasif adalah harus dimulai
segera pada kemampuan klien menggerakan ekstremitas atau sendi menghilang.Pergerakan
dilakukan dengan perlahan dan lembut dan tidak menyebabkan nyeri.Perawat jangan
memaksakan sendi melebihi kemampuannya.Setiap gerakan harus diulang 4 kali setiap
bagian. (Perry & Potter, 2005)
Range of Motion
(ROM) adalah gerakan yang dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang
bersangkutan. (Suratun, 2008).
Latihan ROM
pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien dengan bantuan perawat
setiap-setiap gerakan.Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan
otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif
misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.Indikasi latihan gerak pasif adalah pasien
semikoma dan tidak sadar,pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu
melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri,pasien tirah
baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas total.Latihan ROM
aktif adalah Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam
melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi
normal.Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan
cara menggunakan otot-ototnya secara aktif.(suratun, dkk, 2008).
2. Tujuan ROM
a. Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot.
b. Memelihara mobilitas persendian
c. Merangsang sirkulasi darah
d. Mencegah kelainan bentuk
3. Perinsip Dasar Latihan ROM
a. ROM harus diulang sekitar 4 kali dan
dikerjakan minimal 2 kali sehari.
b. ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak
melelahkan pasien.
c. Dalam merencanakan program latihan
Rom,perhatikan umur pasien,diagnosa
tanda-tanda vital dan lamanya tirah
baring
d. Bagian-bagian tubuh yang dapat di
lakukan latihan ROM adalah leher,jari,
lengan,siku,bahu,tumit,kaki,dan
pergelangan kaki
e. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya
pada
bagian-bagian yang di curigai mengalami proses penyakit.
f. Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah
mandi
atau perawatan rutin telah di lakukan.
4. Manfaat ROM
a. Memperbaiki tonus otot
b. Meningkatkan mobilisasi sendi
c. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
d. Meningkatkan massa otot
5. ROM pasif post operasi fraktur femur
Perawat membantu
pasien pasca operatif fraktur femur melakukan latihan ROM pasif dan menganti
posisi akan meningkatkan aliran darah ke ekstermitas sehingga stasis berkurang,kontraksi otot
kaki bagian bawah akan meningkatkan aliran balik vena sehingga mempersulit
terbentuknya bekuan darah. perawat membantu pasien melakukan latihan ini setiap
2 jam sekali saat klien terjaga,perawat membantu pasien pasca operatif fraktur
femur melakukan.
Latihan ROM
pasif dengan cara atur posisi pasien terlentang, rotasikan kedua pergelangan kaki
membentuk lingkaran penuh,lakukan dorso fleksi dan
flantar fleksi secara bergantian pada kedua kaki klien,lanjutkan latihan dengan
melakukan fleksi dan ekstensi lutut cecara bergantian,mengangkat kedua telapak
kaki klien secara tegak lurus dari permukaan tempat tidur secara bergantian.
Menurut Suddarth & Brunner, (2002) latihan ini di lakukan untuk
mengurangi efek imobilisasi pada pasien di lakukan ROM pasif dengan latihan
isometrik otot-otot di bagian yang di imobilisasi latihan kuadrisep
dan latihan gluteal dapat membantu mempertahankan kelompok otot besar yang
penting untuk berjalan.Latihan aktif dan beban berat badan pada bagian tubuh yang
tidak mengalami cedera dapat mencegah terjadinya atrofi otot.
6. ROM aktif post operasi fraktur femur
Pasien yang telah dilakukan operasi fraktur femur seringkali dapat
menimbulkan permasalahan adanya luka operasi pada jaringan lunak dapat menyebabkan
proses radang akut dan adanya oedema dan fibrosis pada otot sekitar sendi yang
mengakibatkan keterbatasan gerak sendi terdekat.Latihan rentang gerak sendi
merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga setelah operasi fraktur
femur,pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang di perlukan untuk
pempercepat proses penyembuhan.
Keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang
keliru tentang pergerakan pasien setelah operasi.Banyak pasien yang tidak
berani mengerakan tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau takut luka
operasinya lama sembuh. pandangan yang seperti ini jelas keliru karena justru
jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka pasien akan lebih cepat
merangsang peristaltik usus sehingga pasien cepat platus, menghindarkan
penumpukan lendir pada saluran pernapasan dan terhindar dari kontraktur sendi,memperlancar
sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan dekubitus.Menurut Garrison, (2002)
D. Konsep Dasar Lingkup Gerak Sendi
1.Defenisi
Lingkup gerak sendi adalah
Batasan gerak sendi yang
dilakukan untuk mengetahui luas/jarak yang bisa dicapai oleh suatu persendian
saat sendi tersebut bergerak, baik secara aktif maupun secara pasif.Pemeriksaan fungsi motorik lingkup
gerak sendi dilakukan pada pasien/klien dengan kelainan,penyakit atau gangguan
sistem muskuloskeletal dan neuromuskuler untuk mengetahui luas/jarak yang bisa
dicapai oleh suatu persendian saat sendi tersebut bergerak,baik secara aktif
maupun secara pasif.
Keterbatasan Lingkup Gerak Sendi yang termasuk di dalam functional
limitation adalah ke tidak
mampuan berdiri,berjalan,serta ambulasi.Yang termasuk di dalam disability adalah aktivitas pasien
terganggu karena keterbatasan gerak yang di alami oleh pasien,sosialisasi
pasien dengan teman-teman kantor dan tetangga (lingkungan) terganggu.
Perubahan yang terjadi pada sistem muskuloskeletal bisa menyebabkan
penurunan gerak sendi,Penurunan gerak sendi yang terbesar terjadi pada cervical
dan trunk,khususnya pada gerakan ekstensi,lateral fleksi dan rotasi. Pasien
yang telah dilakukan operasi seringkali dapat menimbulkan permasalahan yaitu
adanya luka operasi pada jaringan lunak dapat menyebabkan proses radang akut
dan adanya oedema dan fibrosis pada otot sekitar sendi yang mengakibatkan
keterbatasan gerak sendi terdekat,fraktur menyebabkan timbulnya rasa nyeri,oedema
pada daerah tungkai bawah serta penurunan fungsi otot hamstring dan otot quadriceps yang menyebabkan adanya keterbatasan gerak
daerah sendi lutut.(Wulan Brury, 2005).
BAB
III
KERANGKA
KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A.
Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian merupakan
kerangka hubungan antara konsep-konsep yang di ukur atau di amati melalui
penelitian yang akan dilakukan.
Variabel Independen Variabel
Dependen
Lingkup
Gerak Sendi
Pada
Pasien Fraktur Femur
|
Pengaruh
Latihan Rentang Gerak
|
= Variabel
yang diteliti
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis
penelitian adalan jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan
penelitian (Nursalam,2008)
Ha: Ada Pengaruh Latihan Rentang Gerak
Terhadap Lingkup Gerak Sendi Pada Pasien Fraktur Femur Di Ruang Rawat Inap RS Robert
Wortel Mongisidi Manado.
C.
Variabel Penelitian
1.Variabel Independen : Pengaruh Latihan Rentang Gerak
2. Variabel Dependen : Lingkup Gerak Sendi Pada Pasien Fraktur
Femur
D. Defenisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur
penelitian menjelaskan bagaimana caranya menetukan variabel dan mengukur suatu
variabel,sehingga definisi operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah
yang akan membantu penelitian yang lain yang ingin menggunakan variabel yang
sama (Riyanto,2011).Dalam penelitian definisi operasionalnya adalah :
No
|
Variabel
|
Defenisi
Operasional
|
Parameter
|
Alat ukur
|
Skala
|
Skor
|
1
|
Independen:
Latihan Rentang Gerak
|
Latihanyang dilakukan
untuk
mempertahankan
kesempurnaan,
kemampuan,
menggerakan persendian secara normal
dan
lengkap
untuk
meningkatkan
massa
otot.
|
1.Untuk
Memelihara atau
Mempertahakan
Kekuatan otot
2.Memelihara
mobilitas
persendian
3.Merangsang
sirkulasi
darah
4 .Untuk mencegah
Kelainan bentuk
|
SOP
|
|
|
2
|
Dependen :
Lingkup Gerak Sendi Pada Pasien Fraktur Femur
|
Batasan
gerakan maksimum yang dapat dicapai
oleh
sendi. Dengan satuan (derajat)
|
1.Diukur rentang gerak sendi yang mampu dilakukan pasien
|
Observasi
|
Interval
|
A.Lutut :
1. Fleksi :
Normal = 90O-120O
Tidak normal = = 0O-80 O
|
BAB
IV
METODE
PENELITIAN
A.
Desain Penelitian
Rancangan
penelitian pada hakekatnya merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan
penelitian yang di tetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penutun penelitan
pada seluruh proses penelitian (Nursalam,2008).
Desain
yang di pakai dalam penelitian ini adalah pra eksperimen(one goup pretset and posttest design) yaitu penelitian satu
kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan
intervensi,kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam,2008)
Pre Test Tindakan Post Test
Keterangan :
01 : Observasi Sebelum latihan rentang gerak
X :Latihan
rentang gerak
02 :Observasi Sesudah latihan rentang gerak
B.
Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek
penelitian (Arikunto, 2002). Populasi dalam penelitian ini yaitu semua pasien fraktur femur di RS.Robert Wolter Mongisidi Manado,yang
berjumlah 30 pasien.
2. Sampel
Sampel
adalah sebagian jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi besar,dan
peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,mak peneliti
dapat menggunakan sampeln yang di ambil dari populasi itu.Sampel dalam
penelitian in ditentukan sesuai kriteria inklusi yaitu 30 pasien sedangkan
sampling adalah prorses menyeleksi populasi yang ada dapat mewakili populasi
yang ada (Nursalam, 2008).
Teknik Pengambilan Sampel pada penelitian ini Accidental Sampling,yaitu dengan
mengambil responden yang secara kebetulan ada atau tersedia.
a. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi adalah karakteristik
umum penelitian dari suatu populasi target
dan terjangkau yang akan diteliti(Nursalam, 2008).
Yang menjadi kriteria inklusi adalah :
1. Pasien
post operasi fraktur femur yang bersedia menjadi responden pada hari 6-7
2. Belum
mendapatkan latihan rentang gerak
3. Pasien
berada di tempat penelitian saat di teliti
b. Kriteria Ekskulsi adalah menghilang atau
mengluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai
sebab (Nursalam, 2008).Yang menjadi eksklusi adalah :
1.
Pasien yang tidak responsif
D.
Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
a. Penelitian akan dilakukan di rawat inap RS Robert Wolter Mongisidi
Manado.
2. Waktu
penelitian
b.
Penelitian akan dilakukan pada minggu ketiga bulan 2015.
E.
Etika Penelitian
Penelitian yang menggunakan manusia
sebagai subjek, tidak boleh bertentangan dengan etika. Tujuan penelitian harus
etis dalam arti hak pasien harus dilindungi (Nursalam, 2008). Sebelum dilakukan tindakan, peneliti menjelaskan tujuan penelitian
kepada responden, selanjutnya calon responden diminta kesediaannya untuk
menjadi responden dengan menandatangani format persetujuan dalam penelitian ini.
F. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data dengan cara menggunakan lembar
observasi terhadap lingkup gerak sendi pasien dan melakukan pengukuran lingkup
gerak sendi pasien pasien fraktur femur.
G. Prosedur Pengumpulan
data
1. Editing
Merupakan kegiatan untuk melakukan
pengecekan isian formulir.
2. Coding
Yaitu peneliti memberikan responden
3. Cleaning
Yaitu memberikan data dengan melihat
variabel-variabel yang digunakan data-datanya sudah benar atau belum.
H. Analisa Data
Data yang di peroleh dari penelitian dianalisis dengan uji T Berpasangan (paired t-test)
menggunakan program komputer SPSS.
menggunakan program komputer SPSS.
1. Analisis
Univariat
Dilakukan terhadap tiap-tiap variabel
penelitian terutama untuk melihat
tampilan distribusin frekuensi dan presentase dari tiap-tiap variabel
2. Analisis Bivariat
Untuk melihat hubungan dari variabel
independen dan dependen dengan menggunakan uji T Berpasangan/paired t-test (Hidayat, 2007).
titanium teeth k9 - TITanium Games
BalasHapusA metal teeth k9 titanium vs steel is the game titanium rainbow quartz where the teeth trex titanium headphones start from titanium tv the teeth to the teeth, so that the teeth have enough force to change mens titanium watches into