BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
ISPA masih merupakan masalah
kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup
tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi.Setiap anak diperkirakan
mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya.40 % -60 % dari kunjungan
diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA.Dari seluruh kematian yang disebabkan
oleh ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena
pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan .
Program
pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan
berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan
anak balita yang disebabkan oleh ISPA, namun kelihatannya angka kesakitan dan
kematian tersebut masih tetap tinggi seperti yang telah dilaporkan berdasarkan
penelitian yang telah disebutkan di atas
ISPA sering disalah
artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar ISPA merupakan
singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran
pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.
ISPA adalah infeksi
saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan
saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru,
beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan
selaput paru. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat
ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik,
namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati
dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.
ISPA dapat
ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung
kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Tetapi ISPA yang
berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila
terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak
hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak
karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu
besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya
atau berlebihannya pemakaian antibiotic
B. Tujuan
Penulisan
1. Tujuan
umum
Melakukan Asuhan
keperawatan keluarga Tn. L pada An. T dengan ISPA di desa Biontong dusun IV
C. Manfaat
1. Mahasiswa
a. Untuk
melatih dan membiasakan mahasiswa dalam menyelsaikan masalah keperawatan
b. Untuk
meningkatkan ktrampilan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah kesehatan
keluarga melalui asuhan keperawatan keluarga.
2. Keluarga
Meningkatkan kemampuan keluarga
dalam menyelesaikan ksehatan sendiri. Sehingga tercipta peningkatan status dan
derajat kesehatan keluarga yang optimal.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
METODE
A.
Lokasi
Praktek kerja lapangan
bagi mahasiswa semester VIII Prodi Keperawatan STIKES Muhammadiyah Manado
bertempat di desa Biontong Induk. Dalam penyusunan Asuhan Keperawatan keluarga
ini mengambil studi kasus dengan mengambil sasaran keluarga Tn. L yang
beralamatkan dsa Biontong Induk Dusun IV Kec. Bolangitang Timur, Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara.
2.
TINJAUAN
MEDIS
A.
Definisi
ISPA .
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan
yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah
organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya
seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru Sebagian besar dari
infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak
memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita
pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat
kematian
Program Pemberantasan
Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan
yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu
pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti
rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya
digolongkan sebagai bukan pneumonia.
Etiologi dari sebagian besar penyakit
jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik.
Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila
ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut
harus mendapat antibiotik (Rasmaliah, 2004)
B.
Klasifikasi
ISPA
Program
Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
1.
Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing).
2.
Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3.
Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam,
tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis,
faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat
dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk
golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2
klasifikasi penyakit yaitu :
Pneumonia
berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian
bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan
yaitu 60 kali per menit atau lebih.
Bukan
pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding
dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk
golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
Pneumonia
berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah
kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan
tenang tldak menangis atau meronta).
Pneumonia:
bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan
adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali
per menit atau lebih.
Bukan
pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian
bawah dan tidak ada napas cepat(Rasmaliah, 2004).
C.
Etiologi
ISPA
Etiologi
ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
penyebabnya antara lain dari genus Streptococcus, Stafilococcus, Pnemococcus,
Hemofilus, Bordetella dan Corinebakterium. Virus penyebabnya antara lain
golongan Micsovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma,
Herpesvirus.
D.
Gejala
ISPA
Penyakit
ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal ini timbul karena menurunnya
sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau stres.
Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung,
yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer
serta demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan
membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di
hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan berkurang
sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis,
infeksi telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan
pneumonia (radang paru).
E.
Cara
Penularan Penyakit ISPA
Penularan
penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit
masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini
termasuk golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah
cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda
terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular
melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar
penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau
mikroorganisme penyebab
F. Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ISPA
a.
Agent
Infeksi
dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa secara akut
atau kronis, yang paling sering adalah rinitis simpleks, faringitis,
tonsilitis, dan sinusitis. Rinitis simpleks atau yang lebih dikenal sebagai
selesma/common cold/koriza/flu/pilek, merupakan penyakit virus yang paling
sering terjadi pada manusia. Penyebabnya adalah virus Myxovirus, Coxsackie, dan
Echo.
b.
Manusia
1.
Umur
Berdasarkan
hasil penelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia dibawah 2 tahun mempunyai
risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang lebih
tua. Keadaan ini terjadi karena anak di bawah usia 2 tahun imunitasnya belum
sempurna dan lumen saluran nafasnya masih sempit.
2.
Jenis Kelamin
Berdasarkan
hasil penelitian Kartasasmita (1993), menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan prevalensi, insiden maupun lama ISPA pada laki-laki dibandingkan
dengan perempuan.
3.
Status Gizi
Di
banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama
kematian terutama pada anak dibawah usia 5 tahun. Akan tetapi anak-anak yang
meninggal karena penyakit infeksi itu biasanya didahului oleh keadaan gizi yang
kurang memuaskan. Rendahnya daya tahan tubuh akibat gizi buruk sangat
memudahkan dan mempercepat berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh.
4.
Berat Badan Lahir
Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir <2.500 gram.
Menurut Tuminah (1999), bayi dengan BBLR mempunyai angka kematian lebih tinggi
dari pada bayi dengan berat ≥2500 gram saat lahir selama tahun pertama
kehidupannya. Pneumonia adalah penyebab kematian terbesar akibat infeksi pada
bayi baru lahir.
5.
Status ASI Eksklusif
Air
Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi kaya akan faktor
antibodi untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan virus, terutama selama
minggu pertama (4-6 hari) payudara akan menghasilkan kolostrum, yaitu ASI awal
mengandung zat kekebalan (Imunoglobulin, Lisozim, Laktoperin, bifidus factor
dan sel-sel leukosit) yang sangat penting untuk melindungi bayi dari infeksi.
6.
Status Imunisasi
Imunisasi
adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap penyakit menular
tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu. Pentingnya
imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya
terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak.
c. Lingkungan
1. Kelembaban
Ruangan
Hasil
penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan (2004), dengan desain cross
sectional didapatkan bahwa kelembaban ruangan berpengaruh terhadap terjadinya
ISPA pada balita. Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh bahwa faktor
kelembaban ruangan mempunyai exp (B) 28,097, yang artinya kelembaban ruangan
yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada
balita sebesar 28 kali.
2.
Suhu Ruangan
Salah
satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18- 300C. Hal
ini berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah 180C atau diatas 300C keadaan rumah
tersebut tidak memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali.
3.
Ventilasi
Ventilasi
rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga agar aliran udara
di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang
diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.
4.
Kepadatan Hunian Rumah
Menurut
Gani dalam penelitiannya di Sumatera Selatan (2004) menemukan proses kejadian
pneumonia pada anak balita lebih besar pada anak yang tinggal di rumah yang
padat dibandingkan dengan anak yang tinggal di rumah yang tidak padat.
Berdasarkan hasil penelitian Chahaya tahun 2004, kepadatan hunian rumah dapat
memberikan risiko terjadinya ISPA sebesar 9 kali.
5.
Penggunaan Anti Nyamuk
Penggunaan
Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk dapat menyebabkan
gangguan saluran pernafasan karena menghasilkan asap dan bau tidak sedap.
Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan
paru-paru sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernafasan.
6.
Bahan Bakar Untuk Memasak
Bahan
bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat menyebabkan kualitas udara
menjadi rusak. Kualitas udara di 74% wilayah pedesaan di China tidak memenuhi
standar nasional pada tahun 2002, hal ini menimbulkan terjadinya peningkatan
penyakit paru dan penyakit paru ini telah menyebabkan 1,3 juta kematian.
7.
Keberadaan Perokok
Rokok
bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok terdiri
dari 4.000 bahan kimia, 200 diantaranya merupakan racun antara lain Carbon
Monoksida (CO), Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain.
Berdasarkan hasil penelitian Pradono dan Kristanti (2003), secara keseluruhan
prevalensi perokok pasif pada semua umur di Indonesia adalah sebesar 48,9% atau
97.560.002 penduduk.
8.
Status Ekonomi dan Pendidikan
Berdasarkan
hasil penelitian Djaja, dkk (2001), didapatkan bahwa bila rasio pengeluaran
makanan dibagi pengeluaran total perbulan bertambah besar, maka jumlah ibu yang
membawa anaknya berobat ke dukun ketika sakit lebih banyak. Bedasarkan hasil
uji statistik didapatkan bahwa ibu dengan status ekonomi tinggi 1,8 kali lebih
banyak pergi berobat ke pelayanan kesehatan dibandingkan dengan ibu yang status
ekonominya rendah.
G.
Penatalaksanaan
Untuk
batuk pilek tanpa komplikasi diberikan pengobatan simtomatis, misalnya
ekspektoransia untuk mengatasi bauk, sedatif untuk menenangkan pasien, dan anti
peiretik untuk menurunkan demam. Obstruksi hidung pada bayi sangat sukar
diobati. Penghisapan lendir hidung tidak efektif dan sering menimbulkan bahaya.
Cara yang paling mudah untuk pengeluaran sekret adalah dengan membaringkan bayi
tengkurap. Pada anak besar dapat diberikan tetes hidung larutan efedrin 1 %,
bila ada infeksi sekunder hendaknya diberikan antibiotik. Batuk yang produktif
( pada bronkoinfeksi dan trakeitis ) tidak boleh diberikan antitusif, misalnya
: kodein, karena menyebabkan depresi pusat batuk dan pusat muntah, penumpukan
sekret hingga dapat meyebabkan bronkopneumonia. Selain pengobatan tersebut,
terutama yang kronik, dapat diberikan pengobatan dengan penyinaran ( Ngastiyah,
1995 ; 13
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PADA Tn. L
DENGAN ANGGOTA KELUARGA An. T MENDERITA ISPA
DI DESA BIONTONG DUSUN IV KABUPATEN BOLANG MANGONDOW UTARA
PENGKAJIAN DILAKUKAN
Nama
|
:
|
Sanjay Syawie
|
Hari
|
:
|
Minggu
|
Tanggal
|
:
|
22 Februari 2015
|
Waktu
|
:
|
16.00 WITA
|
Metode
|
:
|
Wawancara, observasi, pemeriksaan
fisik.
|
I. STRUKTUR
DAN SIFAT KELUARGA
A. Kepala Keluarga
1.
Nama KK
|
:
|
Tn. S
|
2.
Jenis Kelamin
|
:
|
Laki-laki
|
3.
Umur
|
:
|
43 Tahun
|
4.
Agama
|
:
|
Islam
|
5.
Pendidikan
|
:
|
SMA
|
6.
Pekerjaan
|
:
|
Petani
|
7.
Alamat
|
:
|
Biontong, Dusun IV
|
B. Komposisi Keluarga
No
|
Nama
|
Umur
|
Sex
|
Hubungan dg KK
|
Pendidikan
|
Pekerjaan
|
Status imunisasi
|
Status Kesehatan
|
1.
|
A
|
32 Th
|
P
|
Istri
|
SMA
|
IRT
|
Sehat
|
|
2.
|
S
|
15 Th
|
L
|
Anak
|
SMP
|
Pelajar
|
Sehat
|
|
3.
|
N
|
10 Th
|
P
|
Anak
|
SD
|
Pelajar
|
Sehat
|
C. Genogram
Keterangan
= Laki – laki
= Perempuan
D. Tipe Keluarga
Keluarga Tn.S merupakan
keluarga dengan tipe keluarga Extended
Family dimana terdiri
dari keluarga inti bapak, ibu dan anak.
E. Struktur peran
o
Tn. S berperan sebagai kepala
rumah tangga yang bekerja sebagai Petani.
o
Ny. A berperan sebagai ibu
rumah tangga yang hanya mengurus
keluarga beserta anak-anaknya.
o
An. S berperan sebagai anak dari pasangan Tn. S dan
Ny. A yang merupakan anak pertama berperan sebagai anak
sekolah.
o
An N merupakan anak kedua dari pasangan Tn. S dan
Ny. A berperan sebagai anak pra sekolah.
F. Suku Bangsa
Keluarga Tn.
S termasuk dalam suku Mangondow dan kewarganegaraan Indonesia.
G. Agama
Semua anggota keluarga
beragama Islam dan menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama Islam.
H. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
adalah tahapan perkembangan dengan anak sekolah dimana anak I dan II Tn S berumur 15 dan 10 thn,sekolah SMP dan SD. Tn. S bekerja sebagai petani yang berangkat pagi dan
pulang sore hari.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum
dipenuhi keluarga Tn. S adalah memenuhi
kebutuhan dasar keluarga yang meningkat, termasuk biaya kehidupan dan kesehatan
anggota keluarga (makan
seadanya, pakaian cukup, alat sekolah, tidak ada fasilitas kamar mandi dan WC, bila anak sakit
terkadang hanya dibelikan obat di Warung ,bila tidak sembuh baru diperiksakan ke Puskesmas).
3.
Riwayat
kesehatan keluarga inti
o
Ny. A menyatakan An. N mengidap batuk, pilek sudah 5 hari yang lalu dan sudah
minum obat beli di Warung.
o
Ny. A mengatakan bila anak sakit, anak
hanya dibelikan obat warung apabila tidak sembuh kemudian baru diperiksakan ke
Puskesmas terdekat.
4.
Riwayat
kesehatan keluarga sebelumnya
Dalam keluarga Tn. S ditemukan adanya penyakit
menular TBC yang pernah diidap oleh kakak dari Ny.Y
II.
RIWAYAT KESEHATAN
A. Kebutuhan Nutrisi
o
Kebiasaan makan
|
:
|
Makan 3x1 piring, dengan komposisi seadanya terkadang 2 x 1 sehari.
|
o
Kebiasaan minum
|
:
|
Minum 6-8 gelas dengan minum air teh dan putih.
Untuk An.T minum 4-6 gelas/hari
|
B. Kebutuhan Eliminasi
o
Pola BAB
|
:
|
2 kali
sehari
|
o
Pola BAK
|
:
|
5 – 6 kali per hari
|
C. Istirahat Tidur
o
Waktu Tidur
|
:
|
Siang 1 jam dan malam 4 – 5 jam
|
o
Waktu Bangun
|
:
|
bangun umumnya/seringnya jam 04.30 WITA
|
D. Kebersihan Diri
o
Mandi
|
:
|
2 kali sehari
|
o
Gosok gigi
|
:
|
2 kali sehari
|
o
Potong kuku
|
:
|
1 minggu 1 kali
|
E. Rekreasi/waktu senggang
Keluarga mempunyai kegiatan (aktifitas) rekreasi
(melihat TV untuk hiburan keluarga).
III.
FUNGSI KELUARGA
A. Fungsi Afektif
Di antara anggota keluarga terdapat perasaan saling
menyayangi dan menghargai satu sama lainnya.
B. Fungsi Sosial
Hubungan sosial terjalin dengan
baik Ny. A selalu mengikuti Taskiran setiap hari jumat
Fungsi Perawatan
Kesehatan
1. Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan
penanggulangannya
Bila ada anggota keluarga yang
menderita sakit biasanya dibelikan obat di warung bila tidak sembuh baru dibawa ke fasilitas kesehatan (Puskesmas).
2. Fungsi Reproduksi
Keluarga Tn. S dikaruniai 2 orang anak.
IV.
FAKTOR SOSIAL BUDAYA DAN EKONOMI
A. Pekerjaan Tn. S
o
Pekerjaan Tn. S adalah petani.
o
Ny. A adalah ibu rumah tangga yang selalu menyiapkan
dan melayani keluarga, mengelola keuangan dari penghasilan yang didapat Tn. S.
B. Penghasilan dan Pengeluaran
Keluarga
Tn. A mengatakan penghasilan yang ia peroleh
cukup untuk makan sehari-hari dan membiayai keluarganya. Biaya hidup rata-rata per bulan < Rp.
500.000,00
C. Simpanan/uang keluarga
Sampai
sekarang keluarga belum mempunyai simpanan/tabungan, Tn. A berkeinginan untuk mempunyai jamban sendiri
tetapi tidak mempunyai dana.
D. Penentu keuangan keluarga
Sebagai penentu keuangan keluarga
adalah Tn.A selaku kepala keluarga (kepala rumah tangga).
E. Sistem
Nilai
Nilai
yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah norma/budaya Mangondow,
semua anggota keluarga beragama Islam dan menjalankan ajaran agama, misalnya
sholat 5 waktu, mengaji dan sebagainya.
F. Hubungan dengan Masyarakat
o
Ny. A mengatakan selalu mengikuti Taskiran setiap hari jumat
o
Tn. S mengikuti acara pertemuan RT dan mengikuti ronda
malam seminggu sekali.
o
Dalam
melaksanakan interaksi dengan keluarga tidak mengalami hambatan.
G. Mobilitas geografis keluarga
Tn. S menetap di rumah/tinggal di rumah yang telah dimilikinya kini, dari
warisan orang tua.
V.
FAKTOR LINGKUNGAN
A. Karakteristik rumah
1. Karakteristik Rumah
o
Rumah bentuk semi permanen
dengan atap seng, lantai sudah diplester, tetapi dapur masih berlantai tanah.
o Ukuran rumah 4 x 5 m2 menghadap ke barat.
o Tiap kamar mempunyai jendela,
namun sebagian tidak dibuka sehingga siang hari tampak gelap ruangan yang lain tidak ada ventilasi (jendela).
o Penerangan sudah menggunakan listrik tetapi kurang
terang.
o Barang yang tak terpakai,sepeda dll disimpan di
gudang.
2. Persediaan air bersih
Persediaan
air bersih untuk minum dan memasak diambil dari sumur gali. Air untuk minum dimasak terlebih dahulu, mandi, mencuci selalu di sumur tetapi bila BAB disungai dengan jarak 12 meter
dari rumah.
3.
Pembuangan sampah
Sampah yang terkumpul dibakar
4.
Pembuanganair limbah
Keluarga Tn.S membuang di belakang
rumah, air limbah yang dihasilkannya dan dibiarkan meresap ke dalam tanah.
5.
Lingkungan rumah
Lingkungan
rumah cukup luas dengan perabotan yang cukup jendela dan meja kursi tampak
banyak debu. Halaman rumah dan ruangan
selalu disapu. Banyak pakaian yang
bergantungan di kamar dan ruang makan (di tembok). Jendela kamar jarang dibuka, sehingga siang
hari tampak gelap. Tn. L mengatakan mereka nyaman dengan kondisi
rumah yang sekarang. Kebiasaan Ny A memasak dengan kayu bakar di dalam rumah dan asap pembakaran keluar lewat
pintu.
6.
Jamban keluarga
Keluarga Tn. S tidak memiliki
jamban, sehingga bila BAB selalu di sungai (kali) yang tidak jauh dari rumah sekitar 12 meter dari rumah.
B. Denah Rumah
Dapur dan gudang
R. Tamu
dan R.Keluarga
gudang
Sungai
C. Karakteristik tetangga dan Komunitas
Sebagian tetangga bekerja
sebagai petani, ibu rumah tangga .
Hubungan dengan anggota masyarakat tidak ada masalah.
PSIKOLOGIS
A. Status Emosi
1. Stressor jangka pendek dan jangka panjang.
a.
Jangka Pendek
Sementara
tidak mempunyai masalah berat.hanya an.N sedang batuk.
b.
Jangka Panjang
Keluarga Tn. S. memikirkan masalah biaya untuk hidup dan
keinginan untuk menyekolahkan anak-anaknya setinggi-tingginya.
2.
Kemampuan keluarga berespon
terhadap stressor.
Keluarga menganggap ujian atau masalah yang dihadapi
adalah ujian/cobaan dari Tuhan.
3.
Stressor koping yang digunakan.
Bila ada masalah Tn.S dengan
Ny. A selalu membicarakan satu sama lain untuk mencari jalan keluar.
4.
Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga tidak pernah menggunakan strategi adaptasi
disfungsional meskipun dalam kondisi yang parah.
B. Konsep Diri
o
Body Image
|
:
|
Tn. S melihat dirinya sebagai kepala keluarga
bagi Ny.A, An. S, dan An N. Persepsi dan perasaan Tn. S terhadap bentuk tubuh, postur tubuh, fungsi dan penampilan diri,
Tn L merasa lebih dari cukup terhadap gambaran dirinya.
|
o
Personal Identity
|
:
|
Tn. S seorang kepala keluarga dengan 2 orang anak
dan mempunyai istri Ny.A
|
o
Peran
|
:
|
Tn. S berperan sebagai kepala rumah tangga dari Ny. A dan anaknya serta sebagai penanggungjawab
dalam mencari nafkah keluarga
|
Ny.A sebagai ibu rumah tangga dan istri dari Tn.
S yang selalu menyiapkan dan memenuhi kebutuhan keluarga, juga sebagai
pengelola keuangan keluarga.
|
||
An. S sebagai anak sulung dan sedang memasuki
tahap sekolah,sedangkan anak N memasuki tahap pra sekolah.
|
||
o
Ideal Diri
|
:
|
Tn. S mengharapkan dan selalu berdoa kepada Allah SWT agar
diberikan ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi ujian/masalah dan
dikabulkan cita-citanya untuk dapat menyekolahkan anaknya setinggi-tingginya.
|
o
Harga Diri
|
:
|
Tn. S menerima setiap ujian/masalah yang dihadapi keluarganya
dengan ikhlas.
|
C. Pola Komunikasi
Keluarga selalu menggunakan bahasa Mangondow dalam
melaksanakan komunikasi dan setiap ada masalah selalu dibicarakan satu sama
lain.
VI.
DERAJAT
KESEHATAN
A. Kejadiaan Kesehatan
Dalam bulan-bulan ini keluarga
Tn. S lagi sehat, hanya anak N sudah 5 hari menderita batuk dan flu t disertai
dengan demam, saat pengkajian masih batuk Sampai sekarang tidak ada anggota
keluarga Tn. S yang rawat inap/opname atau harus menjalankan operasi.
B. Kejadiaan Cacat
Tidak ada yang mengalami kecacatan
C. Kejadian Kematian dalam 1 Tahun terakhir
Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit
dan menimbulkan kematian.
D. Perilaku Keluarga dalam Penanggulangan
Sakit
Apabila keluarga ada yang
menderita sakit biasanya dibelikan obat di warung dan bila masih belum sembuh
maka dibawa ke Puskesmas.
VII.
PENGKAJIAN
FISIK KELUARGA
Dilakukan pada tanggal/jam: 22 Februari
2015, jam 17.00 WITA
Pemeriksaan Fisik
|
KK (Tn.S)
|
Ny.A
|
An S
|
Pemeriksaan
tanda2 vital
|
|||
o Tekanan Darah
|
120/70 mmHg
|
110/80 mmHg
|
90/60 mmHg
|
o HR
|
80 kali/menit
|
84 kali/menit
|
96 kali/menit
|
o Respirasi
|
22 kali/menit
|
24 kali/menit
|
30 kali/menit
|
o Suhu Badan
|
36,5 ºC
|
36,7 ºC
|
36,5 ºC
|
o BB
|
60 kg
|
45 kg
|
20 kg
|
o TB
|
168 cm
|
150 cm
|
97 cm
|
Pemeriksaan
Fisik Head to Toe
|
|||
o Kepala
|
|||
·
Kepala
|
Simetris
|
Simetris
|
Simetris
|
·
Rambut
|
Hitam, lurus
|
Hitam, lurus
|
Hitam, lurus
|
o Mata
|
|||
·
Bentuk
|
Simetris
|
Simetris
|
Simetris
|
·
Konjungtiva
|
Tidak anemia
|
Tidak anemia
|
Tidak anemia
|
·
Sklera
|
Tidak ikterus
|
Tidak ikterus
|
Tidak ikterus
|
·
Pupil
|
Isokor
|
Isokor
|
Isokor
|
o Hidung
|
|||
·
Bentuk
|
Simetris
|
Simetris
|
Simetris
|
·
Perdarahan /secret
|
Tidak mengalami perdarahan
|
Tidak mengalami perdarahan
|
Tidak mengalami perdarahan
tampak mengeluarkan ingus dari hidung
|
o Telinga
|
|||
·
Bentuk Telinga
|
Simetris
|
Simetris
|
Simetris
|
o Mulut
|
|||
·
Keadaan Bibir
|
Lembab
|
Lembab
|
Lembab
|
·
Keadaan Gusi
|
Tidak ada perdarahan gusi dan gigi
|
Tidak ada perdarahan gusi dan gigi
|
Tidak ada perdarahan gusi dan gigi
|
·
Keadaan Lidah
|
Tidak ada tanda perdarahan
|
Tidak ada tanda perdarahan
|
Tidak ada tanda perdarahan
|
o Leher
|
|||
·
Tyroid
|
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
|
Tidak ada pembesaran
|
Tidak ada pembesaran
|
o Integumen
|
|||
·
Kebersihan Klien
|
Klien tampak bersih
|
Klien tampak bersih
|
Klien tampak bersih
|
·
Turgor
|
Turgor kulit baik
|
Turgor kulit baik
|
Turgor kulit baik
|
·
Kelembaban
|
Baik
|
Baik
|
Baik
|
o Pemeriksaan Thorax
|
|||
·
Inspeksi
|
|||
§ Bentuk Thorax
|
Simetris
|
Simetris
|
Simetris
|
§ Pernafasan
|
Irama teratur dan tidak ada suara tambahan
|
Irama teratur dan tidak ada suara tambahan
|
Irama teratur, ronchi basah (+)
|
o Pemeriksaan Paru
|
|||
·Palpasi
|
Getaran
suara terdengar dengan teratur
|
Getaran
suara terdengar dg teratur
|
Getaran
suara terdengar dg teratur
|
·
Perkusi
|
Bunyi resonan
|
Bunyi resonan
|
Bunyi resonan
|
·
Auskultasi
|
Suara nafas teratur
|
Suara nafas teratur
|
Suara nafas teratur
|
o Abdomen
|
|||
· Inspeksi
|
|||
§ Bentuk Abdomen
|
Simetris
|
Simetris
|
Simetris
|
§ Benjolan
|
Tidak ada benjolan
|
Tidak ada benjolan
|
Tidak ada benjolan
|
·
Palpasi
|
|||
§ Tanda nyeri tekan
|
Tidak ada nyeri tekan
|
Tidak ada nyeri tekan
|
Tidak ada nyeri tekan
|
§ Benjolan
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
o Muskuloskeletal /Ekstremitas
|
|||
·
Kesimetrisan
|
Simetris
|
Simetris
|
Simetris
|
·
Kekuatan Otot
|
Baik
|
Baik
|
Baik
|
VIII.
HARAPAN KELUARGA TERHADAP PETUGAS KESEHATAN
Keluarga Tn. L mengharapkan
agar petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan kesehatan terhadap mereka dan
membantu bila keluarga mengalami kesulitan dalam hal kesehatan semaksimal
mungkin.
IX.
ANALISA DATA
NO
|
DATA FOKUS
|
PROBLEM
|
ETIOLOGI
|
1.
|
Data Subyektif:
o
Ny. A mengatakan bahwa An. N sekarang ini sedang batuk dan pilek sudah 5 hari. Sudah dibelikan obat
Di warung dan diminum kan tetapi belum sembuh
Data Obyektif:
o
An.
N batuk dan pilek
o
Badan
tak panas, suhu badan 36,5 ºC
o
Tampak
mengeluarkan ingus dari hidung
o
Pada pemeriksaan
auskultasi paru An.T terdengar ronchi basah (+)
o
RR
28 kali/menit
o
Nadi
96 kali/menit
o
BB
20 kg
o
TB 97 cm
|
Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas
An. N pada keluarga
Tn S
|
Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi ISPA
|
2.
|
Data Subyektif:
o Ny A mengatakan Kakaknya menderita
TBC.
o Tn H mengatakan tetangganya
dulu menderita TBC.
Data Obyektif
o
Memasak
dengan kayu bakar dan asapnya masuk ke rumah
o
Tiap
kamar mempunyai jendela tetapi tidak dibuka sehingga siang hari ruangan
tampak gelap.
o
Imunisasi
anak-anak Tn.S tidak lengkap
o
BB
An.T 20 kg
o
Komposisi
makanan keluarga Tn. S seadanya, makan 3 kali/hari,kadang 2x/hari.
|
Resiko terjadinya penyakit TBC
|
Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan
|
X.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
|
1.
|
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas An.N pada keluarga Tn S berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
ISPA
|
2.
|
Resiko terjadinya penyakit TBC berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan.
|
XI.
PRIORITAS MASALAH (SKORING)
1. Diagnosa I
Ketidakefektifan jalan nafas An. N pada keluarga
Tn S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat
untuk mengatasi ISPA
NO
|
KRITERIA
|
PERHITUNGAN
|
SKOR
|
PEMBENARAN
|
1.
|
Sifat masalah
aktual
(tidak sehat)
|
3/3 x 1
|
1
|
An. N sudah 5
hari sakit batuk dan pilek atau tidak sehat dan memerlukan tindakan mencegah
komplikasi
|
2.
|
Kemungkinan
masalah dapat diubah
(mudah)
|
2/2 x 2
|
2
|
Pengetahuan
sumber daya dan fasilitas kesehatan tersedia dan dapat dijangkau/dimanfaatkan
|
3.
|
Potensi masalah
dapat dicegah
(tinggi)
|
3/3 x 1
|
1
|
ISPA adalah
penyakit yang dapat dicegah dan diobati bila keluarga mengetahui
|
4.
|
Menonjolnya
masalah
(tidak
dirasakan)
|
0/2
|
0
|
|
5.
|
Total Skore
|
4
|
2. Diagnosa II
Resiko terjadinya penyakit TBC berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan
NO
|
KRITERIA
|
PERHITUNGAN
|
SKOR
|
PEMBENARAN
|
1.
|
Sifat masalah aktual
(ancaman kesehatan)
|
2/3 x 1
|
2/3
|
Merupakan ancaman
kesehatan karena bila tidak ditangani dapat menyebabkan terjadinya penyakit
|
2.
|
Kemungkinan masalah dapat
diubah
(hanya sebagian)
|
1/2 x 2
|
1
|
Dapat dicegah dengan
pengetahuan yang cukup dan pola hidup yang sehat.
|
3.
|
Kemungkinan masalah dapat
dicegah
(cukup)
|
2/3 x 1
|
2/3
|
Dapat dicegah dengan
pengetahuan yang cukup dan pola hidup yang sehat.
|
4.
|
Menonjolnya masalah
(masalah tidak dirasakan)
|
0/2
|
0
|
|
5.
|
Total Skore
|
3 1/3
|
XII.
DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI PRIORITAS
1.
|
Ketidakefektifan jalan nafas An. N pada keluarga Tn S berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi ISPA
|
2.
|
Resiko terjadinya penyakit TBC berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan
|
XIII. PERENCANAAN
1. Diagnosa Keperawatan I
Tujuan Jangka Panjang
|
Tujuan Jangka Pendek
|
EVALUASI
|
Intervensi
|
|
Kriteria
|
Standar
|
|||
Setelah dilaksanakan 2 kali kunjungan ISPA yang diderita An. T sembuh dan
jalan nafas kembali lancar.
|
1. Setelah dilaksanakan tindakan keperawatan
selama 2 x 15 mnt Tn. L dapat mengenal masalah kesehatan dengan menjelaskan
masalah kesehatan.
|
Respon verbal
|
ISPA adalah penyakit saluran pernafasan akut dengan batuk dan pilek.
Penyebab ISPA :
o
Kurang
gizi
o
Imunisasi
tidak lengkap
o
Lingkungan
yang tidak sehat
Tanda dan gejala ISPA
o
Batuk
o
Pilek
o
Demam
o
Nafas
cepat
o
Suara
Parau
o
Nyeri
tenggorokan
|
o
Gali pengetahuan tentang ISPA
o
Beri
motivasi keluarga untuk mengemukakan pendapatnya tentang ISPA.
o
Diskusikan
bersama keluarga mengenai pengertian penyebab dan gejala ISPA.
o
Bimbing
keluarga untuk menjelaskan ulang pengertian penyebab tanda dan gejala ISPA.
o
Beri
re inforcement positif atas jawaban yang diberikan.
|
2. Setelah penyuluhan 1 x 15 mnt keluarga
dapat mengambil keputusan dengan tindakan yang cepat.
|
Respon verbal
|
Keputusan
keluarga
|
||
3. Setelah tindakan 1 x 15 mnt keluarga Tn.
N dapat merawat Anggota keluarga yang sakit ISPA.
|
Respon verbal
Psikomotor
|
Perawatan ISPA :
o
Jika panas dikompres
o
Jika
pilek bersihkan hidung dengan saputangan yang bersih
o
Beri
minum yang banyak (ASI).
o
Awasi kondisi bila bertambah parah.
|
o
Diskusikan
bersama keluarga tentang pencegahan ISPA.
o
Berikan
kesempatan yang kurang dimengerti.
o
Tanyakan
kembali tentang apa yang dijelaskan.
|
|
Merawat anggota keluarga yang sakit ISPA
|
Psikomotor
|
Cara membuat obat tradisional batuk dan pilek (Jeruk-Kecap):
o
Siapkan
baki dan pengalas
o
Potong
jeruk nipis, kemudian jeruk diperas dan ainya disaring.
o
Ambil
kecap sebanyak 1 sendok makan, kemudian dituang kedalam gelas.
o
Ambil
1 sendok makan air jeruk nipis, kemudian tuangkan kedalam gelas berisi kecap.
o
Aduk
hingga merata
o
Berikan
pada anak untuk diminum
|
o
Demonstrasikan
cara pembuatan obat tradisional.
o
Beri
kesempatan keluarga untuk re demonstrasi.
|
|
4. Keluarga mampu untuk memodifikasi
lingkungan yang dapat mendukung kesehatan.
|
Verbal
Psikomotor
|
Pencegahan ISPA :
o
Menjauhkan
rokok dari penderita batuk.
o
Jaga
kebersihan lingkungan.
o
Imunisasi
lengkap
o
Berikan
makanan yang bergizi.
Kebersihan
lingkungan:
o
Rumah
dibersihkan
o
Pakaian
dibereskan jangan digantung.
o
Jendela
dibuka.
o
Debu
dibersihkan.
|
o
Diskusikan
bersama keluarga tentang pencegahan ISPA.
o
Berikan
kesempatan klien tentang pencegahan ISPAbertanya.
o
Tanyakan
kembali hal-hal yang dijelaskan.
o
Beri re inforcement positif atas jawaban yang diberikan
keluarga.
o
Praktekkan
dan laksanakan kebersihan lingkungan.
|
|
5. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan.
|
Respon verbal
|
Fasilitas kesehatan untuk berobat ISPA:
o
Puskesmas
o
Rumah
sakit
o
Bidan
o
Dokter
|
o
Jelaskan pada keluarga tentang fasilitas kesehatan
yang biasa digunakan.
o
Motivasi
keluarga untuk mengunjungi fasilitas kesehatan yang dipilih.
o
Beri
re inforcement positif atas keputusan keluarga.
o
Beri
kesempatan keluarga untuk bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui.
o
Beri
re inforcement positif terhadap jawaban dari
pertanyaan yang diberikan petugas.
|
2. Diagnosa Keperawatan II
Tujuan Jangka Panjang
|
Tujuan Jangka Pendek
|
EVALUASI
|
Intervensi
|
|
Kriteria
|
Standar
|
|||
Resiko/komplikasi dari TBC tidak terjadi.
|
Setelah penyuluhan 1 x 15 menit :
1.
Keluarga mengenal tanda-tanda
TBC
|
Respon verbal
|
Tanda-tanda TBC
o
Batuk
disertai darah.
o
Batuk berdahak lebih dari 3
minggu
o
Sesak nafas
o
Berkeringat pada malam hari
o
BB turun
o
Nafsu makan menurun
o
Nyeri dada
|
o
Gali pengetahuan tentang TBC
o
Beri
motivasi keluarga untuk mengemukakan pendapatnya tentang TBC
o
Diskusikan
bersama keluarga mengenai pengertian penyebab dan gejala TBC
o
Bimbing
keluarga untuk menjelaskan ulang pengertian penyebab tanda dan gejala TBC
o
Beri
re inforcement positif atas jawaban yang diberikan.
.
|
2. Cara
penularan TBC dan pencegahan TBC
3. Setelah pertemuan 1 x 15 menit keluarga
dapat mengambil keputusan yang tepat terhadap penyakit TBC
|
Respon verbal
|
Cara penularan TBC :
· Secara langsung :
Melalui percikan ludah dan melalui udara
· Secara tidak langsung :
Hidup satu rumah dengan penderita TBC
Cara pencegahan TBC :
· Menjemur kasur, sprei di bawah sinar
matahari
· Ventilasi rumah yang cukup
· Menutup mulut saat bersin dan batuk
dengan menggunakan tissue
· Tidak meludah di sembarang tempat
· Imunisasi
· Makanan bergizi
Segera bawa ke pelayanan kesehatan :
o
Puskesmas
o
Rumah sakit
|
o
Diskusikan
bersama keluarga mengenai cara penularan dan cara pencegahan TBC.
o
Bimbing
keluarga untuk menjelaskan ulang cara penularan dan cara pencegahan TBC.
o
Beri
re inforcement positif atas jawaban yang diberikan.
.
|
|
4. Setelah pertemuan 1 x 15 menit keluarga
mampu merawat anggota keluarga yang menderita TBC
|
Respon verbal
|
Pengobatan :
· Berobat secara rutin selama 6 bulan,
tidak boleh berhenti
· Istirahat yang cukup.
Perawatan TBC :
o
Tetap
berikan makanan bergizi.
o
Imunisasi.
o
Beri
air banyak (minum).
o
Awasi
tanda-tanda penyakit bertambah parah.
o
Bawa
anak yang sakit ke pelayanan kesehatan yang lengket bila kondisi memburuk.
|
o
Diskusikan
dan beri re inforcement positif atas keputusan yang dipilih.
o
Diskusikan
dengan keluarga tentang perawatan TBC di rumah.
o
Beri
kesempatan kepada keluarga tentang hal-hal yang tak dimengerti.
o
Tanyakan
kembali tentang yang telah didiskuasikan.
o
Beri
pujian atas jawaban yang diberikan.
|
|
5. Setelah 1 x 15 menit pertemuan dapat
memodifikasi lingkungan.
|
Respon verbal
|
Lingkungan yang
mendukung kesembuhan :
o
Sarana
sanitasi yang memadai
o
Udara
lingkungan rumah yang bersih dari asap.
o
Pengobatan
dan perawatan yang baik.
o
Ventilasi
memadai dengan membuka jendela tiap hari.
|
o
Diskusikan
tentang hal yang mendukung perawatan dan penyembuhan.
o
Beri
kesempatan untuk bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui.
o
Tanyakan
kembali hal-hal yang telah disampaikan.
|
|
o
Mampu menyebutkan fasilitas kesehatan :
Puskesmas, RS.
|
Respon verbal
|
Menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat menanganiTBC :Puskesmas, RS.
|
o
Diskusikan
terhadap keluarga tentang tempat pelayanan kesehatan untuk penanganan
o
Beri
kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang hal-hal yang telah
didiskusikan.
o
Beri
re inforcement atas jawaban yang benar.
|
XIV.
IMPLEMENTASI
NO DX
|
WAKTU
|
TUK
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
I
|
Jumat, 27
Februari 2015
Pukul 17.00
|
I
II
III
|
1.Mengkaji pengetahuan keluarga tentang
ISPA.
2.Memotivasi keluarga untuk mengungkapkan
pendapat tentang ISPA.
3.Menjelaskan pada keluarga tentang
pengertian, sebab, tanda dan gejala ISPA:batuk, pilek, demam, nafas cepat,
nyeri tenggorokan.
4.Menjelaskan akibat lanjut bila ISPAtidak
diobati : panas, dehidrasi berat, Pnemonia
5.Menjelaskan kepada keluarga tentang
perawatan ISPA.
6.Beri kompres bila demam.
7.Berikan jeruk-kecap.
8.Beri minum yang banyak.
-
Imunisasi lengkap.
-
Berobat ke puskesmas./RS
|
S : -
Keluarga Tn. S mengatakan telah mengetahui tanda dan gejala dari ISPA.
- Kien mengatakan akan
segera merawat klien/anggota keluarga Tn.S dengan benar.
O : - Klien terlihat antusias dalam penyuluhan
dari petugas.
- Klien aktif mengulang dan
bertanya.
A : - Tujuan tercapai/jangka pendek (TUK I)
sebagian.
P : - Pertahankan tujuan yang sudah tercapai.
- Beri motivsi untuk memahami
tentang arti perawatan ISPA
- Persiapkan demonstrasi
pembuatan obat tradisional untuk ISPA yaitu :
·
Siapkan
baki dan pengalas
·
Potong
jeruk nipis, kemudian jeruk diperas dan ainya disaring.
·
Ambil
kecap sebanyak 1 sendok makan, kemudian dituang kedalam gelas.
·
Ambil
1 sendok makan air jeruk nipis, kemudian tuangkan kedalam gelas berisi kecap.
·
Aduk
hingga merata
·
Berikan
pada anak untuk diminum
|
I
I,II
|
Jumat, 27
Februari 2015
Pukul
17.00
Sabtu, 28
Februari
2015
Pukul
17.00
|
I
I, II
|
- Mengulang apa yang sudah dijelaskan sebelumnya :
· Tanda dan gejala
· ISPA
· Obat Tradisional
- Mendiskusikan dengan keluarga tentang
penyakit ISPA di rumah.
- Memotivasi klien untuk mengambil
keputusan yang tepat bila :
· Batuk
· Nafas cepat
· Wajah pucat
· Panas/demam
Mendemonstrasikan cara pembuatan obat tradisional untuk ISPA.
Alat dan
bahan :
-
Baki dan Pengalas
-
Sendok makan
-
Jeruk nipis
-
Kecap
-
Gelass
Cara pembuatan obat tradisional untuk batuk ( Jeruk-Kecap):
-
Siapkan baki dan pengalas
-
Potong jeruk nipis, kemudian
jeruk diperas dan ainya disaring.
-
Ambil kecap sebanyak 1 sendok makan, kemudian dituang
kedalam gelas.
-
Ambil 1 sendok makan air
jeruk nipis, kemudian tuangkan kedalam gelas berisi kecap.
-
Aduk hingga merata
-
Berikan pada anak untuk diminum
Memberikan penjelasan tentang :
Rumah Sehat
Adalah rumah yang dapat menjamin kesehatan bagi
penghuninya.
Syarat rumah
sehat :
-
Tersedia air bersih
-
Tersedia lubang sampah.
-
Ventilasi cukup
-
Jendela yang selalu terbuka.
-
Kelembaban udara cukup
-
Bersih tidak semrawut.
-
Sirkulasi udara baik.
-
Tidak padat huni.
Manfaat rumah sehat :
- Menghindari penyebaran dan penularan
penyakit.
-
Kesehatan penghuni terjamin.
-
Menghindari kecelakaan.
-
Nyaman dan aman.
-
Bersih, baik dan sopan
Dampak rumah tidak sehat :
·
Tempat
berkembang penyakit dan penyebaran penyakit.
·
Kesehatan kurang terjamin.
·
Dapat menimbulkan kecelakaan.
·
Keindahan kurang baik.
·
Kotor, tidak bersih.
|
S : -
Keluarga Tn. S mengerti dan paham tentang kaitan rumah sehat dengan
resiko penularan penyakit.
- Keluarga Tn. L mengatakan
telah mengetahui dan akan membawa keluarga yang sakit ke fasilitas kesehatan
yang ada.
- Tn. L akan melaksanakan
modifikasi lngkungan yang dapat mendukung kesehatan, sejauh yang bisa dan
dapat dilaksankan saat ini, missal :
-
Membuka jendela yang jarang dibuka
-
Merapikan baju yang digantung.
O : - Keluarga dapat menyebutkan manfaat rumah
sehat dan lingkungan yang dapat mendukung kesehatan.
- Keluarga dapat menyebutkan
fasilitas kesehatan yang dapat dimanfaatkan.
- Keluarga dapat menyebutkan
manfaat dari MCK yang sehat (syarat-syarat).
A : - Tupen modifikasi lingkungan yang dapat
mendukung kesehatan dan mencegah penyebaran penyakit tercapai dengan
Membuka jendela yang jarang dibuka,
merapikan pakaian yang digantung.
P : - Tupen memanfaatkan fasilitas kesehatan
tercapai secara kognitif.
- Motivasi keluarga untuk
membawa keluarga / An. N. ke fasilitas kesehatan.
- Memotivasi keluarga untuk
tetap berusaha menciptakan lingkungan yang dapat mendukung bagi anggota
keluarga.
- Anjurkan keluarga untuk
dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan bila ada keluarga yang sakit.
- Terminasi ujian akhir
komprehensif.
- Keputusan tidak
terencana untuk evaluasi lebih lanjut
kepada kader dan petugas puskesmas sebagai bahan laporan.
|
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan Dan Saran
1.
Simpulan
ISPA
adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang
dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai
gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga
tengah dan selaput paru Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya
bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan
antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini
tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.
Penularan
penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit masuk
kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini
termasuk golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah
cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda
terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular
melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar
penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau
mikroorganisme penyebab.
Untuk
batuk pilek tanpa komplikasi diberikan pengobatan simtomatis, misalnya
ekspektoransia untuk mengatasi bauk, sedatif untuk menenangkan pasien, dan anti
peiretik untuk menurunkan demam. Obstruksi hidung pada bayi sangat sukar
diobati. Penghisapan lendir hidung tidak efektif dan sering menimbulkan bahaya.
Cara yang paling mudah untuk pengeluaran sekret adalah dengan membaringkan bayi
tengkurap. Pada anak besar dapat diberikan tetes hidung larutan efedrin 1 %,
bila ada infeksi sekunder hendaknya diberikan antibiotik. Batuk yang produktif
( pada bronkoinfeksi dan trakeitis ) tidak boleh diberikan antitusif, misalnya
: kodein, karena menyebabkan depresi pusat batuk dan pusat muntah, penumpukan
sekret hingga dapat meyebabkan bronkopneumonia. Selain pengobatan tersebut,
terutama yang kronik, dapat diberikan pengobatan dengan penyinaran ( Ngastiyah,
1995 ; 13
Dari kasus yang ada, diagnose yang
diangkat adalah
1.
Ketidakefektifan
jalan nafas An. N pada keluarga Tn S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi ISPA
2.
Resiko
terjadinya penyakit TBC berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga4
memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan
2
Saran
Dari Asuhan Keperawatan Keluarga yang di terapkan pada
Keluarga Tn. S di Desa Biontong Induk Dusun IV diharapkan dapat menambah
pengetahuan bagi masyarakat tentang Bahaya penyakit ISPA, cara mencegah, dan
pengobatan dalam keluarga serta meningkatkan kemampuan keluarga dalam
menyelesaikan ksehatan sendiri.
Untuk Mahasiswa Dapat dijadikan referensi dan bahan bacaan
dalam menerapkan Asuhan Keperawatan Keluarga dan dapat menjadi pengetahuan/pelajaran
bagi adik-adik tingkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar