Jumat, 15 Mei 2015

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi.Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya.40 % -60 % dari kunjungan diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA.Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan .
Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan oleh ISPA, namun kelihatannya angka kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi seperti yang telah dilaporkan berdasarkan penelitian yang telah disebutkan di atas
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.  
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotic






B.     Tujuan Penulisan
1.      Tujuan umum
Melakukan Asuhan keperawatan keluarga Tn. L pada An. T dengan ISPA di desa Biontong dusun IV

C.     Manfaat
1.      Mahasiswa
a.       Untuk melatih dan membiasakan mahasiswa dalam menyelsaikan masalah keperawatan
b.      Untuk meningkatkan ktrampilan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah kesehatan keluarga melalui asuhan keperawatan keluarga.
2.      Keluarga
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menyelesaikan ksehatan sendiri. Sehingga tercipta peningkatan status dan derajat kesehatan keluarga yang optimal.






















BAB II
PEMBAHASAN
1.      METODE
A.    Lokasi
Praktek kerja lapangan bagi mahasiswa semester VIII Prodi Keperawatan STIKES Muhammadiyah Manado bertempat di desa Biontong Induk. Dalam penyusunan Asuhan Keperawatan keluarga ini mengambil studi kasus dengan mengambil sasaran keluarga Tn. L yang beralamatkan dsa Biontong Induk Dusun IV Kec. Bolangitang Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.
2.      TINJAUAN MEDIS
A.    Definisi ISPA .
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian
Program Pemberantasan Penyakit  ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia.
Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik (Rasmaliah, 2004)
B.     Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing).
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat(Rasmaliah, 2004).
C.    Etiologi ISPA
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus Streptococcus, Stafilococcus, Pnemococcus, Hemofilus, Bordetella dan Corinebakterium. Virus penyebabnya antara lain golongan Micsovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus.
D.    Gejala ISPA
Penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal ini timbul karena menurunnya sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau stres. Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia (radang paru).
E.     Cara Penularan Penyakit ISPA
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab
F.   Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ISPA
a.     Agent
Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa secara akut atau kronis, yang paling sering adalah rinitis simpleks, faringitis, tonsilitis, dan sinusitis. Rinitis simpleks atau yang lebih dikenal sebagai selesma/common cold/koriza/flu/pilek, merupakan penyakit virus yang paling sering terjadi pada manusia. Penyebabnya adalah virus Myxovirus, Coxsackie, dan Echo.
b.      Manusia
1.      Umur
Berdasarkan hasil penelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia dibawah 2 tahun mempunyai risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang lebih tua. Keadaan ini terjadi karena anak di bawah usia 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran nafasnya masih sempit.
2.      Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (1993), menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan prevalensi, insiden maupun lama ISPA pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.
3.      Status Gizi
Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama kematian terutama pada anak dibawah usia 5 tahun. Akan tetapi anak-anak yang meninggal karena penyakit infeksi itu biasanya didahului oleh keadaan gizi yang kurang memuaskan. Rendahnya daya tahan tubuh akibat gizi buruk sangat memudahkan dan mempercepat berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh.
4.      Berat Badan Lahir
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir <2.500 gram. Menurut Tuminah (1999), bayi dengan BBLR mempunyai angka kematian lebih tinggi dari pada bayi dengan berat ≥2500 gram saat lahir selama tahun pertama kehidupannya. Pneumonia adalah penyebab kematian terbesar akibat infeksi pada bayi baru lahir.
5.      Status ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi kaya akan faktor antibodi untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan virus, terutama selama minggu pertama (4-6 hari) payudara akan menghasilkan kolostrum, yaitu ASI awal mengandung zat kekebalan (Imunoglobulin, Lisozim, Laktoperin, bifidus factor dan sel-sel leukosit) yang sangat penting untuk melindungi bayi dari infeksi.
6.      Status Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap penyakit menular tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu. Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak.
c. Lingkungan
1. Kelembaban Ruangan
Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan (2004), dengan desain cross sectional didapatkan bahwa kelembaban ruangan berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada balita. Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh bahwa faktor kelembaban ruangan mempunyai exp (B) 28,097, yang artinya kelembaban ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 28 kali.
2.      Suhu Ruangan
Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18- 300C. Hal ini berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah 180C atau diatas 300C keadaan rumah tersebut tidak memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali.
3.      Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.
4.      Kepadatan Hunian Rumah
Menurut Gani dalam penelitiannya di Sumatera Selatan (2004) menemukan proses kejadian pneumonia pada anak balita lebih besar pada anak yang tinggal di rumah yang padat dibandingkan dengan anak yang tinggal di rumah yang tidak padat. Berdasarkan hasil penelitian Chahaya tahun 2004, kepadatan hunian rumah dapat memberikan risiko terjadinya ISPA sebesar 9 kali.
5.      Penggunaan Anti Nyamuk
Penggunaan Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk dapat menyebabkan gangguan saluran pernafasan karena menghasilkan asap dan bau tidak sedap. Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernafasan.
6.    Bahan Bakar Untuk Memasak
Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat menyebabkan kualitas udara menjadi rusak. Kualitas udara di 74% wilayah pedesaan di China tidak memenuhi standar nasional pada tahun 2002, hal ini menimbulkan terjadinya peningkatan penyakit paru dan penyakit paru ini telah menyebabkan 1,3 juta kematian.
7.      Keberadaan Perokok
Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200 diantaranya merupakan racun antara lain Carbon Monoksida (CO), Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian Pradono dan Kristanti (2003), secara keseluruhan prevalensi perokok pasif pada semua umur di Indonesia adalah sebesar 48,9% atau 97.560.002 penduduk.
8.      Status Ekonomi dan Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian Djaja, dkk (2001), didapatkan bahwa bila rasio pengeluaran makanan dibagi pengeluaran total perbulan bertambah besar, maka jumlah ibu yang membawa anaknya berobat ke dukun ketika sakit lebih banyak. Bedasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa ibu dengan status ekonomi tinggi 1,8 kali lebih banyak pergi berobat ke pelayanan kesehatan dibandingkan dengan ibu yang status ekonominya rendah.
G.    Penatalaksanaan
Untuk batuk pilek tanpa komplikasi diberikan pengobatan simtomatis, misalnya ekspektoransia untuk mengatasi bauk, sedatif untuk menenangkan pasien, dan anti peiretik untuk menurunkan demam. Obstruksi hidung pada bayi sangat sukar diobati. Penghisapan lendir hidung tidak efektif dan sering menimbulkan bahaya. Cara yang paling mudah untuk pengeluaran sekret adalah dengan membaringkan bayi tengkurap. Pada anak besar dapat diberikan tetes hidung larutan efedrin 1 %, bila ada infeksi sekunder hendaknya diberikan antibiotik. Batuk yang produktif ( pada bronkoinfeksi dan trakeitis ) tidak boleh diberikan antitusif, misalnya : kodein, karena menyebabkan depresi pusat batuk dan pusat muntah, penumpukan sekret hingga dapat meyebabkan bronkopneumonia. Selain pengobatan tersebut, terutama yang kronik, dapat diberikan pengobatan dengan penyinaran ( Ngastiyah, 1995 ; 13












ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PADA Tn. L  DENGAN ANGGOTA KELUARGA An. T MENDERITA ISPA
DI DESA BIONTONG  DUSUN IV KABUPATEN BOLANG MANGONDOW UTARA

PENGKAJIAN DILAKUKAN     
 Nama
:
Sanjay Syawie
Hari
:
Minggu
Tanggal
:
22 Februari 2015
Waktu
:
16.00 WITA
Metode
:
Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik.

I.       STRUKTUR DAN SIFAT KELUARGA
A.  Kepala Keluarga
1.      Nama KK
:
Tn. S
2.      Jenis Kelamin
:
Laki-laki
3.      Umur
:
43 Tahun
4.      Agama
:
Islam
5.      Pendidikan
:
SMA
6.      Pekerjaan
:
Petani
7.      Alamat
:
Biontong, Dusun IV

B.     Komposisi Keluarga
No
Nama
Umur
Sex
Hubungan dg KK
Pendidikan
Pekerjaan
Status imunisasi
Status Kesehatan
1.
A
32 Th
P
Istri
SMA
IRT

Sehat
2.
S
15 Th
L
Anak
SMP
Pelajar

Sehat
3.
N
10 Th
P
Anak
SD
Pelajar

Sehat










C.    Genogram
Keterangan


                                                                                 =  Laki – laki


                                                                                 = Perempuan

  
                                                                                 = Menikah

 

                                                                                = Anak Kandung

                                                                            

D.    Tipe Keluarga
Keluarga Tn.S merupakan keluarga dengan tipe keluarga Extended Family dimana terdiri dari keluarga inti bapak, ibu dan anak.
E.     Struktur peran
o   Tn. S berperan sebagai kepala rumah tangga yang bekerja sebagai Petani.
o   Ny. A berperan sebagai ibu rumah tangga yang hanya mengurus keluarga beserta anak-anaknya.
o   An. S berperan sebagai anak  dari pasangan Tn. S dan Ny. A yang merupakan anak pertama berperan sebagai anak sekolah.
o   An N merupakan anak kedua dari pasangan Tn. S dan Ny. A berperan sebagai anak pra sekolah.
F.     Suku Bangsa
Keluarga Tn. S termasuk dalam suku Mangondow dan  kewarganegaraan Indonesia.
G.    Agama
Semua anggota keluarga beragama Islam dan menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama Islam.
H.    Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
1.      Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah tahapan perkembangan dengan anak sekolah dimana anak I dan II Tn S berumur 15 dan 10 thn,sekolah SMP dan SD. Tn. S bekerja sebagai petani yang berangkat pagi dan pulang sore hari.
2.      Tahap perkembangan keluarga yang belum dipenuhi keluarga Tn. S adalah memenuhi kebutuhan dasar keluarga yang meningkat, termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga (makan seadanya,  pakaian cukup, alat sekolah, tidak ada fasilitas kamar mandi dan WC, bila anak sakit terkadang hanya dibelikan obat di Warung ,bila tidak sembuh baru diperiksakan ke Puskesmas).
3.      Riwayat kesehatan keluarga inti
o   Ny. A menyatakan An. N mengidap batuk, pilek sudah 5 hari yang lalu dan sudah minum obat beli di Warung.
o   Ny. A mengatakan bila anak sakit, anak hanya dibelikan obat warung apabila tidak sembuh kemudian baru diperiksakan ke Puskesmas terdekat.
4.      Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Dalam keluarga Tn. S ditemukan adanya penyakit menular TBC yang pernah diidap oleh kakak dari Ny.Y

II.                RIWAYAT KESEHATAN
A.    Kebutuhan Nutrisi
o    Kebiasaan makan
:
Makan 3x1 piring, dengan komposisi seadanya terkadang 2 x 1 sehari.
o    Kebiasaan minum
:
Minum 6-8 gelas dengan minum air teh dan putih.
Untuk An.T  minum 4-6 gelas/hari

B.     Kebutuhan Eliminasi
o    Pola BAB
:
2  kali sehari
o    Pola BAK
:
5 – 6 kali per hari

C.    Istirahat Tidur
o    Waktu Tidur
:
Siang 1 jam dan malam 4 – 5  jam
o    Waktu Bangun
:
bangun umumnya/seringnya jam 04.30 WITA

D.    Kebersihan Diri
o    Mandi
:
2 kali sehari
o    Gosok gigi
:
2 kali sehari



o    Potong kuku
:
1 minggu 1 kali



E.     Rekreasi/waktu senggang
Keluarga mempunyai kegiatan (aktifitas) rekreasi (melihat TV untuk hiburan keluarga).

III.             FUNGSI KELUARGA
A.    Fungsi Afektif
Di antara anggota keluarga terdapat perasaan saling menyayangi dan menghargai satu sama lainnya.
B.     Fungsi Sosial
Hubungan sosial terjalin dengan baik Ny. A selalu mengikuti Taskiran setiap hari jumat
Fungsi Perawatan Kesehatan
1.      Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penanggulangannya
Bila ada anggota keluarga yang menderita sakit biasanya dibelikan obat di warung bila tidak sembuh baru dibawa ke fasilitas kesehatan (Puskesmas).
2.      Fungsi Reproduksi
Keluarga Tn. S dikaruniai 2 orang anak.

IV.             FAKTOR SOSIAL BUDAYA DAN EKONOMI
A.    Pekerjaan Tn. S
o   Pekerjaan Tn. S adalah petani.
o   Ny. A adalah ibu rumah tangga yang selalu menyiapkan dan melayani keluarga, mengelola keuangan dari penghasilan yang didapat Tn. S.

B.     Penghasilan dan Pengeluaran
Keluarga Tn. A mengatakan penghasilan yang ia peroleh cukup untuk makan sehari-hari dan membiayai keluarganya.  Biaya hidup rata-rata per bulan < Rp. 500.000,00
C.    Simpanan/uang keluarga
Sampai sekarang keluarga belum mempunyai simpanan/tabungan, Tn. A berkeinginan untuk mempunyai jamban sendiri tetapi tidak mempunyai dana.
D.    Penentu keuangan keluarga
Sebagai penentu keuangan keluarga adalah Tn.A selaku kepala keluarga (kepala rumah tangga).
E.     Sistem Nilai
Nilai yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah norma/budaya Mangondow, semua anggota keluarga beragama Islam dan menjalankan ajaran agama, misalnya sholat 5 waktu, mengaji dan sebagainya.



F.     Hubungan dengan Masyarakat
o   Ny. A mengatakan selalu mengikuti Taskiran setiap hari jumat
o   Tn. S mengikuti acara pertemuan RT dan mengikuti ronda malam seminggu sekali.
o   Dalam melaksanakan interaksi dengan keluarga tidak mengalami hambatan.
G.    Mobilitas geografis keluarga
Tn. S menetap di rumah/tinggal di rumah yang telah dimilikinya kini, dari warisan orang tua.

V.                FAKTOR LINGKUNGAN
A.    Karakteristik rumah
1.      Karakteristik Rumah
o   Rumah bentuk semi permanen dengan atap seng, lantai sudah diplester, tetapi dapur masih berlantai tanah.
o   Ukuran rumah 4 x 5 m2 menghadap ke barat.
o   Tiap kamar mempunyai jendela, namun sebagian tidak dibuka sehingga siang hari tampak gelap ruangan yang lain tidak ada ventilasi (jendela).
o   Penerangan sudah menggunakan listrik tetapi kurang terang.
o   Barang yang tak terpakai,sepeda dll disimpan di gudang.
2.      Persediaan air bersih
Persediaan air bersih untuk minum dan memasak diambil dari sumur gali.  Air untuk minum dimasak terlebih dahulu, mandi, mencuci selalu di sumur tetapi bila BAB disungai dengan jarak 12 meter dari rumah.
3.      Pembuangan sampah
Sampah yang terkumpul dibakar
4.      Pembuanganair limbah
Keluarga Tn.S membuang di belakang rumah, air limbah yang dihasilkannya dan dibiarkan meresap ke dalam tanah.
5.      Lingkungan rumah
Lingkungan rumah cukup luas dengan perabotan yang cukup jendela dan meja kursi tampak banyak debu.  Halaman rumah dan ruangan selalu disapu.  Banyak pakaian yang bergantungan di kamar dan ruang makan (di tembok).  Jendela kamar jarang dibuka, sehingga siang hari tampak gelap. Tn. L mengatakan mereka nyaman dengan kondisi rumah yang sekarang. Kebiasaan Ny A memasak dengan kayu bakar di dalam rumah dan asap pembakaran keluar lewat pintu.
6.      Jamban keluarga
Keluarga Tn. S tidak memiliki jamban, sehingga bila BAB selalu di sungai (kali) yang tidak jauh dari rumah sekitar 12 meter dari rumah.
B.     Denah Rumah

5 m
                                      Dapur dan          gudang                                  R. Tamu dan R.Keluarga
                Sumur                       R.makan         
                       2m
      12m
                          4m                             kamar tidur         kamar tidur                kamar tidur
                                       gudang


         Sungai

                                   
           
C.    Karakteristik tetangga dan Komunitas
Sebagian tetangga bekerja sebagai petani, ibu rumah tangga .  Hubungan dengan anggota masyarakat tidak ada masalah. 
PSIKOLOGIS
A.    Status Emosi
1.      Stressor jangka pendek dan jangka panjang.
a.             Jangka Pendek
Sementara tidak mempunyai masalah berat.hanya an.N sedang batuk.
b.            Jangka Panjang
Keluarga Tn. S. memikirkan masalah biaya untuk hidup dan keinginan untuk menyekolahkan anak-anaknya setinggi-tingginya.
2.      Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor.
Keluarga menganggap ujian atau masalah yang dihadapi adalah ujian/cobaan dari Tuhan.
3.      Stressor koping yang digunakan.
Bila ada masalah Tn.S dengan Ny. A selalu membicarakan satu sama lain untuk mencari jalan keluar.
4.      Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga tidak pernah menggunakan strategi adaptasi disfungsional meskipun dalam kondisi yang parah.


B.     Konsep Diri
o    Body Image
:
Tn. S melihat dirinya sebagai kepala keluarga bagi Ny.A, An. S, dan An N. Persepsi dan perasaan Tn. S terhadap bentuk tubuh, postur tubuh, fungsi dan penampilan diri, Tn L merasa lebih dari cukup terhadap gambaran dirinya.
o    Personal Identity
:
Tn. S seorang kepala keluarga dengan 2 orang anak dan  mempunyai istri Ny.A
o    Peran
:
Tn. S berperan sebagai kepala rumah tangga dari Ny. A dan anaknya serta sebagai penanggungjawab dalam mencari nafkah keluarga


Ny.A sebagai ibu rumah tangga dan istri dari Tn. S yang selalu menyiapkan dan memenuhi kebutuhan keluarga, juga sebagai pengelola keuangan keluarga.


An. S sebagai anak sulung dan sedang memasuki tahap sekolah,sedangkan anak N memasuki tahap pra sekolah.
o    Ideal Diri
:
Tn. S mengharapkan dan selalu berdoa kepada Allah SWT agar diberikan ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi ujian/masalah dan dikabulkan cita-citanya untuk dapat menyekolahkan anaknya setinggi-tingginya.
o    Harga Diri
:
Tn. S menerima setiap ujian/masalah yang dihadapi keluarganya dengan ikhlas.

C.    Pola Komunikasi
Keluarga selalu menggunakan bahasa Mangondow dalam melaksanakan komunikasi dan setiap ada masalah selalu dibicarakan satu sama lain.

VI.             DERAJAT KESEHATAN
A.    Kejadiaan Kesehatan
Dalam bulan-bulan ini keluarga Tn. S lagi sehat, hanya anak N sudah 5 hari menderita batuk dan flu t disertai dengan demam, saat pengkajian masih batuk Sampai sekarang tidak ada anggota keluarga Tn. S yang rawat inap/opname atau harus menjalankan operasi.
B.     Kejadiaan Cacat
Tidak ada yang mengalami kecacatan


C.    Kejadian Kematian dalam 1 Tahun terakhir
Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit dan menimbulkan kematian.
D.    Perilaku Keluarga dalam Penanggulangan Sakit
Apabila keluarga ada yang menderita sakit biasanya dibelikan obat di warung dan bila masih belum sembuh maka dibawa ke Puskesmas.

VII.          PENGKAJIAN FISIK KELUARGA
Dilakukan pada tanggal/jam: 22 Februari 2015, jam 17.00 WITA
Pemeriksaan Fisik
KK (Tn.­­S)
Ny.A
An S
Pemeriksaan tanda2 vital



o Tekanan Darah
120/70 mmHg
110/80 mmHg
90/60 mmHg
o HR
80 kali/menit
84 kali/menit
96 kali/menit
o Respirasi
22 kali/menit
24 kali/menit
30 kali/menit
o Suhu Badan
36,5 ºC
36,7 ºC
36,5 ºC
o BB
60 kg
45 kg
20 kg
o TB
168 cm
150 cm
97 cm
Pemeriksaan Fisik Head to Toe



o Kepala



·         Kepala
Simetris
Simetris
Simetris
·         Rambut
Hitam, lurus
Hitam, lurus
Hitam, lurus
o Mata



·   Bentuk
Simetris
Simetris
Simetris
·   Konjungtiva
Tidak anemia
Tidak anemia
Tidak anemia
·   Sklera
Tidak ikterus
Tidak ikterus
Tidak ikterus
·   Pupil
Isokor
Isokor
Isokor
o Hidung



·   Bentuk
Simetris
Simetris
Simetris
·   Perdarahan /secret



Tidak mengalami perdarahan
Tidak mengalami perdarahan
Tidak mengalami perdarahan
tampak mengeluarkan ingus dari hidung

o Telinga



·   Bentuk Telinga

Simetris
Simetris
Simetris
o Mulut



·         Keadaan Bibir
Lembab
Lembab
Lembab
·         Keadaan Gusi
Tidak ada perdarahan gusi dan gigi
Tidak ada perdarahan gusi dan gigi
Tidak ada perdarahan gusi dan gigi
·         Keadaan Lidah
Tidak ada tanda perdarahan
Tidak ada tanda perdarahan
Tidak ada tanda perdarahan
o Leher



·         Tyroid
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Tidak ada pembesaran
Tidak ada pembesaran
o Integumen



·   Kebersihan Klien
Klien tampak bersih
Klien tampak bersih
Klien tampak bersih
·   Turgor
Turgor kulit baik
Turgor kulit baik
Turgor kulit baik
·   Kelembaban
Baik
Baik
Baik
o Pemeriksaan Thorax



·   Inspeksi



§ Bentuk Thorax
Simetris
Simetris
Simetris
§ Pernafasan
Irama teratur dan tidak ada suara tambahan
Irama teratur dan tidak ada suara tambahan
Irama teratur, ronchi basah (+)
o Pemeriksaan Paru



·Palpasi
Getaran suara terdengar dengan teratur
Getaran suara terdengar dg teratur
Getaran suara terdengar dg teratur
·      Perkusi
Bunyi resonan
Bunyi resonan
Bunyi resonan
·   Auskultasi
Suara nafas teratur
Suara nafas teratur
Suara nafas teratur
o Abdomen



·   Inspeksi



§ Bentuk Abdomen
Simetris
Simetris
Simetris
§ Benjolan
Tidak ada benjolan
Tidak ada benjolan
Tidak ada benjolan
·   Palpasi



§ Tanda nyeri tekan
Tidak ada nyeri tekan
Tidak ada nyeri tekan
Tidak ada nyeri tekan
§ Benjolan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
o Muskuloskeletal /Ekstremitas



·   Kesimetrisan
Simetris
Simetris
Simetris
·   Kekuatan Otot
Baik
Baik
Baik



VIII.       HARAPAN KELUARGA TERHADAP PETUGAS KESEHATAN
Keluarga Tn. L mengharapkan agar petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan kesehatan terhadap mereka dan membantu bila keluarga mengalami kesulitan dalam hal kesehatan semaksimal mungkin.

IX.             ANALISA DATA
NO
DATA FOKUS
PROBLEM
ETIOLOGI
1.
Data Subyektif:
o   Ny. A mengatakan bahwa An. N sekarang ini sedang batuk dan pilek sudah 5 hari. Sudah dibelikan obat Di warung dan diminum kan tetapi belum sembuh


Data Obyektif:
o   An. N batuk dan pilek
o   Badan tak panas, suhu badan 36,5 ºC
o   Tampak mengeluarkan ingus dari hidung
o   Pada pemeriksaan auskultasi paru An.T terdengar ronchi basah (+)
o   RR 28 kali/menit
o   Nadi 96 kali/menit
o   BB 20 kg
o   TB 97 cm
Ketidakefektifan bersihan  jalan nafas
An. N pada keluarga
Tn S
Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi ISPA

2.

Data Subyektif:
o   Ny A mengatakan Kakaknya menderita TBC.
o   Tn H mengatakan tetangganya dulu   menderita TBC.
Data Obyektif
o   Memasak dengan kayu bakar dan asapnya masuk ke rumah
o   Tiap kamar mempunyai jendela tetapi tidak dibuka sehingga siang hari ruangan tampak gelap.
o   Imunisasi anak-anak Tn.S tidak lengkap
o   BB An.T 20 kg
o   Komposisi makanan keluarga Tn. S seadanya, makan 3 kali/hari,kadang 2x/hari.

Resiko terjadinya penyakit TBC

Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan


X.                DIAGNOSA KEPERAWATAN

RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas An.N pada keluarga Tn S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi ISPA
2.
Resiko terjadinya penyakit TBC berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan.

XI.             PRIORITAS MASALAH (SKORING)
1.      Diagnosa I
Ketidakefektifan jalan nafas An. N pada keluarga Tn S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi ISPA

NO
KRITERIA
PERHITUNGAN
SKOR
PEMBENARAN

1.

Sifat masalah aktual
(tidak sehat)

3/3 x 1


1

An. N sudah 5 hari sakit batuk dan pilek atau tidak sehat dan memerlukan tindakan mencegah komplikasi


2.

Kemungkinan masalah dapat diubah
(mudah)

2/2 x 2

2

Pengetahuan sumber daya dan fasilitas kesehatan tersedia dan dapat dijangkau/dimanfaatkan


3.

Potensi masalah dapat dicegah
(tinggi)

3/3 x 1

1

ISPA adalah penyakit yang dapat dicegah dan diobati bila keluarga mengetahui


4.

Menonjolnya masalah
(tidak dirasakan)

0/2

0




5.
Total Skore

4





2.      Diagnosa II
Resiko terjadinya penyakit TBC berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan
NO
KRITERIA
PERHITUNGAN
SKOR
PEMBENARAN

1.

Sifat masalah aktual
(ancaman kesehatan)

2/3 x 1


2/3

Merupakan ancaman kesehatan karena bila tidak ditangani dapat menyebabkan terjadinya penyakit


2.

Kemungkinan masalah dapat diubah
(hanya sebagian)

1/2 x 2

1

Dapat dicegah dengan pengetahuan yang cukup dan pola hidup yang sehat.

3.

Kemungkinan masalah dapat dicegah
(cukup)

2/3 x 1

2/3

Dapat dicegah dengan pengetahuan yang cukup dan pola hidup yang sehat.

4.

Menonjolnya masalah
(masalah tidak dirasakan)

0/2

0




5.
Total Skore

3 1/3







XII.          DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI PRIORITAS
1.

Ketidakefektifan jalan nafas An. N pada keluarga Tn S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi ISPA
2.
Resiko terjadinya penyakit TBC berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan

XIII.       PERENCANAAN
1.      Diagnosa Keperawatan I
Tujuan Jangka Panjang
Tujuan Jangka Pendek
EVALUASI
Intervensi
Kriteria
Standar

Setelah dilaksanakan 2 kali kunjungan ISPA yang diderita An. T sembuh dan jalan nafas kembali lancar.

1.   Setelah dilaksanakan tindakan keperawatan selama 2 x 15 mnt Tn. L dapat mengenal masalah kesehatan dengan menjelaskan masalah kesehatan.

Respon verbal

ISPA adalah penyakit saluran pernafasan akut dengan batuk dan pilek.
Penyebab ISPA :
o    Kurang gizi
o    Imunisasi tidak lengkap
o    Lingkungan yang tidak sehat
Tanda dan gejala ISPA
o    Batuk
o    Pilek
o    Demam
o    Nafas cepat
o    Suara Parau
o    Nyeri tenggorokan


o    Gali pengetahuan tentang ISPA
o    Beri motivasi keluarga untuk mengemukakan pendapatnya tentang ISPA.
o    Diskusikan bersama keluarga mengenai pengertian penyebab dan gejala ISPA.
o    Bimbing keluarga untuk menjelaskan ulang pengertian penyebab tanda dan gejala ISPA.
o    Beri re inforcement positif atas jawaban yang diberikan.




2.   Setelah penyuluhan 1 x 15 mnt keluarga dapat mengambil keputusan dengan tindakan yang cepat.

Respon verbal

Keputusan keluarga



3.   Setelah tindakan 1 x 15 mnt keluarga Tn. N dapat merawat Anggota keluarga yang sakit ISPA.

Respon verbal
Psikomotor

Perawatan ISPA :
o    Jika panas dikompres
o    Jika pilek bersihkan hidung dengan saputangan yang bersih
o    Beri minum yang banyak (ASI).
o    Awasi kondisi bila bertambah parah.

o    Diskusikan bersama keluarga tentang pencegahan ISPA.
o    Berikan kesempatan yang kurang dimengerti.
o    Tanyakan kembali tentang apa yang dijelaskan.
                                                   


Merawat anggota keluarga yang sakit ISPA

Psikomotor

Cara membuat obat tradisional batuk dan pilek (Jeruk-Kecap):
o    Siapkan baki dan pengalas
o    Potong jeruk nipis, kemudian jeruk diperas dan ainya disaring.
o    Ambil kecap sebanyak 1 sendok makan, kemudian dituang kedalam gelas.
o    Ambil 1 sendok makan air jeruk nipis, kemudian tuangkan kedalam gelas berisi kecap.
o    Aduk hingga merata
o    Berikan pada anak untuk diminum
              



o    Demonstrasikan cara pembuatan obat tradisional.
o    Beri kesempatan keluarga untuk re demonstrasi.



4.   Keluarga mampu untuk memodifikasi lingkungan yang dapat mendukung kesehatan.

Verbal





Psikomotor

Pencegahan ISPA :
o    Menjauhkan rokok dari penderita batuk.
o    Jaga kebersihan lingkungan.
o    Imunisasi lengkap
o    Berikan makanan yang bergizi.
Kebersihan lingkungan:
o    Rumah dibersihkan
o    Pakaian dibereskan jangan digantung.
o    Jendela dibuka.
o    Debu dibersihkan.


o    Diskusikan bersama keluarga tentang pencegahan ISPA.
o    Berikan kesempatan klien tentang pencegahan ISPAbertanya.
o    Tanyakan kembali hal-hal yang dijelaskan.
o    Beri re inforcement positif atas jawaban yang diberikan keluarga.
o    Praktekkan dan laksanakan kebersihan lingkungan.


5.   Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan.

Respon verbal

Fasilitas kesehatan untuk berobat ISPA:
o    Puskesmas
o    Rumah sakit
o    Bidan
o    Dokter


o    Jelaskan  pada keluarga tentang fasilitas kesehatan yang biasa digunakan.
o    Motivasi keluarga untuk mengunjungi fasilitas kesehatan yang dipilih.
o    Beri re inforcement positif atas keputusan keluarga.
o    Beri kesempatan keluarga untuk bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui.
o    Beri re inforcement positif terhadap jawaban dari pertanyaan yang diberikan petugas.


2.      Diagnosa Keperawatan II
Tujuan Jangka Panjang
Tujuan Jangka Pendek
EVALUASI
Intervensi
Kriteria
Standar

Resiko/komplikasi dari TBC tidak terjadi.

Setelah penyuluhan 1 x 15 menit :
1.      Keluarga mengenal tanda-tanda TBC

Respon verbal

Tanda-tanda TBC
o    Batuk disertai darah.
o    Batuk berdahak lebih dari 3 minggu
o    Sesak nafas
o    Berkeringat pada malam hari
o    BB turun
o    Nafsu makan menurun
o    Nyeri dada
o    Gali pengetahuan tentang TBC
o    Beri motivasi keluarga untuk mengemukakan pendapatnya tentang TBC
o    Diskusikan bersama keluarga mengenai pengertian penyebab dan gejala TBC
o    Bimbing keluarga untuk menjelaskan ulang pengertian penyebab tanda dan gejala TBC
o    Beri re inforcement positif atas jawaban yang diberikan.
.


2.   Cara penularan TBC  dan pencegahan TBC















3.   Setelah pertemuan 1 x 15 menit keluarga dapat mengambil keputusan yang tepat terhadap penyakit TBC

Respon verbal
Cara penularan TBC :
·      Secara langsung :
Melalui percikan ludah dan melalui udara

·      Secara tidak langsung :
Hidup satu rumah dengan penderita TBC

Cara pencegahan TBC :
·      Menjemur kasur, sprei di bawah sinar matahari
·      Ventilasi rumah yang cukup
·      Menutup mulut saat bersin dan batuk dengan menggunakan tissue
·      Tidak meludah di sembarang tempat
·      Imunisasi
·      Makanan bergizi

Segera bawa ke pelayanan kesehatan :
o    Puskesmas
o    Rumah sakit

o    Diskusikan bersama keluarga mengenai cara penularan dan cara pencegahan TBC.
o    Bimbing keluarga untuk menjelaskan ulang cara penularan dan cara pencegahan TBC.
o    Beri re inforcement positif atas jawaban yang diberikan.
.


4.   Setelah pertemuan 1 x 15 menit keluarga mampu merawat anggota keluarga yang menderita TBC

Respon verbal

Pengobatan :
·   Berobat secara rutin selama 6 bulan, tidak boleh berhenti
·   Istirahat yang cukup.

Perawatan TBC :
o    Tetap berikan makanan bergizi.
o    Imunisasi. 
o    Beri air banyak (minum).
o    Awasi tanda-tanda penyakit bertambah parah.
o    Bawa anak yang sakit ke pelayanan kesehatan yang lengket bila kondisi memburuk. 

o    Diskusikan dan beri re inforcement positif atas keputusan yang dipilih.
o    Diskusikan dengan keluarga tentang perawatan TBC di rumah.
o    Beri kesempatan kepada keluarga tentang hal-hal yang tak dimengerti.
o    Tanyakan kembali tentang yang telah didiskuasikan.
o    Beri pujian atas jawaban yang diberikan.



5.       Setelah 1 x 15 menit pertemuan dapat memodifikasi lingkungan.

Respon verbal

Lingkungan yang mendukung kesembuhan :
o    Sarana sanitasi yang memadai
o    Udara lingkungan rumah yang bersih dari asap.
o    Pengobatan dan perawatan yang baik.
o    Ventilasi memadai dengan membuka jendela tiap hari.



o    Diskusikan tentang hal yang mendukung perawatan dan penyembuhan.
o    Beri kesempatan untuk bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui.
o    Tanyakan kembali hal-hal yang telah disampaikan.






  1. Setelah 1 x 15 menit pertemuan keluarga mampu memenfaatkan fasilitas kesehatan dengan :
o   Mampu menyebutkan fasilitas kesehatan : Puskesmas, RS.


Respon verbal

Menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat menanganiTBC :Puskesmas, RS.

o    Diskusikan terhadap keluarga tentang tempat pelayanan kesehatan untuk penanganan
o    Beri kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang hal-hal yang telah didiskusikan.
o    Beri re inforcement atas jawaban yang benar.


XIV.       IMPLEMENTASI
NO DX
WAKTU
TUK
IMPLEMENTASI
EVALUASI

I



























Jumat, 27 Februari 2015
Pukul 17.00
   
    I













II



III

1.Mengkaji pengetahuan keluarga tentang ISPA.
2.Memotivasi keluarga untuk mengungkapkan pendapat tentang ISPA.
3.Menjelaskan pada keluarga tentang pengertian, sebab, tanda dan gejala ISPA:batuk, pilek, demam, nafas cepat, nyeri tenggorokan.
4.Menjelaskan akibat lanjut bila ISPAtidak diobati : panas, dehidrasi berat, Pnemonia
5.Menjelaskan kepada keluarga tentang perawatan ISPA.
6.Beri kompres bila demam.
7.Berikan jeruk-kecap.
8.Beri minum yang banyak.
-    Imunisasi lengkap.
-    Berobat ke puskesmas./RS

S :  -  Keluarga Tn. S mengatakan telah mengetahui tanda dan gejala dari ISPA.
- Kien mengatakan akan segera merawat klien/anggota keluarga Tn.S dengan benar.
O :  - Klien terlihat antusias dalam penyuluhan dari petugas.
- Klien aktif mengulang dan bertanya.
A :  - Tujuan tercapai/jangka pendek (TUK I) sebagian.
P :   - Pertahankan tujuan yang sudah tercapai.
- Beri motivsi untuk memahami tentang arti perawatan ISPA
- Persiapkan demonstrasi pembuatan obat tradisional untuk ISPA yaitu :
·        Siapkan baki dan pengalas
·        Potong jeruk nipis, kemudian jeruk diperas dan ainya disaring.
·        Ambil kecap sebanyak 1 sendok makan, kemudian dituang kedalam gelas.
·        Ambil 1 sendok makan air jeruk nipis, kemudian tuangkan kedalam gelas berisi kecap.
·        Aduk hingga merata
·        Berikan pada anak untuk diminum



   I






































I,II

Jumat, 27 Februari 2015
Pukul
17.00


































Sabtu, 28 Februari
2015
Pukul
17.00
   
    I





































I, II





-    Mengulang  apa yang sudah dijelaskan sebelumnya :
·   Tanda dan gejala
·   ISPA
·   Obat Tradisional
-    Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyakit ISPA di rumah.
-    Memotivasi klien untuk mengambil keputusan yang tepat bila :
·   Batuk
·   Nafas cepat
·   Wajah pucat
·   Panas/demam

Mendemonstrasikan cara pembuatan obat tradisional untuk ISPA.
Alat dan bahan :
-         Baki dan Pengalas
-         Sendok makan
-         Jeruk nipis
-         Kecap
-         Gelass

Cara pembuatan obat tradisional untuk batuk ( Jeruk-Kecap):
-         Siapkan baki dan pengalas
-         Potong jeruk nipis, kemudian jeruk diperas dan ainya disaring.
-         Ambil kecap sebanyak 1 sendok makan, kemudian dituang kedalam gelas.
-         Ambil 1 sendok makan air jeruk nipis, kemudian tuangkan kedalam gelas berisi kecap.
-         Aduk hingga merata
-         Berikan pada anak untuk diminum

Memberikan penjelasan tentang :
Rumah Sehat
Adalah rumah yang dapat menjamin kesehatan bagi penghuninya.
Syarat rumah sehat :
-    Tersedia air bersih
-    Tersedia lubang sampah.
-    Ventilasi cukup
-    Jendela yang selalu terbuka.
-    Kelembaban udara cukup
-    Bersih tidak semrawut.
-    Sirkulasi udara baik.
-    Tidak padat huni.
Manfaat rumah sehat :
-    Menghindari penyebaran dan penularan penyakit.
-    Kesehatan penghuni terjamin.
-    Menghindari kecelakaan.
-    Nyaman dan aman.
-    Bersih, baik dan sopan

Dampak rumah tidak sehat :
·         Tempat berkembang penyakit dan penyebaran penyakit.
·         Kesehatan kurang terjamin.
·         Dapat menimbulkan kecelakaan.
·         Keindahan kurang baik.
·         Kotor, tidak bersih.


S :  -  Keluarga Tn. S mengerti dan paham tentang kaitan rumah sehat dengan resiko penularan penyakit.
- Keluarga Tn. L mengatakan telah mengetahui dan akan membawa keluarga yang sakit ke fasilitas kesehatan yang ada.
- Tn. L akan melaksanakan modifikasi lngkungan yang dapat mendukung kesehatan, sejauh yang bisa dan dapat dilaksankan saat ini, missal :
  -  Membuka jendela yang jarang dibuka
  -  Merapikan baju yang digantung.
O :  - Keluarga dapat menyebutkan manfaat rumah sehat dan lingkungan yang dapat mendukung kesehatan.
- Keluarga dapat menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat dimanfaatkan.
- Keluarga dapat menyebutkan manfaat dari MCK yang sehat (syarat-syarat).
A :  - Tupen modifikasi lingkungan yang dapat mendukung kesehatan dan mencegah penyebaran penyakit tercapai dengan
         Membuka jendela yang jarang dibuka, merapikan pakaian yang digantung.
P :   - Tupen memanfaatkan fasilitas kesehatan tercapai secara kognitif.
- Motivasi keluarga untuk membawa keluarga / An. N. ke fasilitas kesehatan.
- Memotivasi keluarga untuk tetap berusaha menciptakan lingkungan yang dapat mendukung bagi anggota keluarga.
- Anjurkan keluarga untuk dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan bila ada keluarga yang sakit.
- Terminasi ujian akhir komprehensif.
- Keputusan tidak terencana  untuk evaluasi lebih lanjut kepada kader dan petugas puskesmas sebagai bahan laporan.





           























BAB III
PENUTUP
A.     Simpulan Dan Saran
1.      Simpulan
      ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.
      Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab.
      Untuk batuk pilek tanpa komplikasi diberikan pengobatan simtomatis, misalnya ekspektoransia untuk mengatasi bauk, sedatif untuk menenangkan pasien, dan anti peiretik untuk menurunkan demam. Obstruksi hidung pada bayi sangat sukar diobati. Penghisapan lendir hidung tidak efektif dan sering menimbulkan bahaya. Cara yang paling mudah untuk pengeluaran sekret adalah dengan membaringkan bayi tengkurap. Pada anak besar dapat diberikan tetes hidung larutan efedrin 1 %, bila ada infeksi sekunder hendaknya diberikan antibiotik. Batuk yang produktif ( pada bronkoinfeksi dan trakeitis ) tidak boleh diberikan antitusif, misalnya : kodein, karena menyebabkan depresi pusat batuk dan pusat muntah, penumpukan sekret hingga dapat meyebabkan bronkopneumonia. Selain pengobatan tersebut, terutama yang kronik, dapat diberikan pengobatan dengan penyinaran ( Ngastiyah, 1995 ; 13


Dari kasus yang ada, diagnose yang diangkat adalah
1.      Ketidakefektifan jalan nafas An. N pada keluarga Tn S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi ISPA
2.      Resiko terjadinya penyakit TBC berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga4 memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan

2          Saran
              Dari Asuhan Keperawatan Keluarga yang di terapkan pada Keluarga Tn. S di Desa Biontong Induk Dusun IV diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi masyarakat tentang Bahaya penyakit ISPA, cara  mencegah, dan  pengobatan dalam keluarga serta meningkatkan kemampuan keluarga dalam menyelesaikan ksehatan sendiri.
Untuk  Mahasiswa Dapat dijadikan referensi dan bahan bacaan dalam menerapkan Asuhan Keperawatan Keluarga dan dapat menjadi pengetahuan/pelajaran bagi adik-adik tingkat.